Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran
Biologi

Oleh :
Nama : I Wayan Chandra Irawan
NIS : 2043
Kelas : X MIA 1
Guru Pembimbing : Made Pujangga, S.Pd
SMAN 1 BASARANG
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Karena Atas limpahan rahmat dan
karunia-NYA, penulis, dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Kingdom
Fungi ( Jamur)”.
Penulis
sangat menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini, penulis
menghaturkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini, masih cukup jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis sangat berharap, agar makalah ini
dapat memberikan manfaat positif bagi semua pembaca. Saran dan kritik yang
konstruktif sangat kami harapkan, sehingga kedepannya, makalah ini dapat
tersaji menjadi lebih baik lagi.
Basarang, 31 Maret 2018
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................................ ii
Bab 1 Pendahuluan................................................................................................................ 1
1.1
latar Belakang.................................................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah........................................................................................................... 1
1.3
Tujuan.............................................................................................................................. 2
Bab 2 Pembahasan................................................................................................................. 2
2.1 Pengertian Mikologi......................................................................................................... 2
2.2 Ciri-ciri Jamur ................................................................................................................. 2
2.3 struktur tubuh jamur........................................................................................................ 4
2.4 cara hidup dan habitat jamur........................................................................................... 5
2.5 cara memperoleh makanan............................................................................................... 6
2.6 cara reproduksi jamur....................................................................................................... 7
2.7 klasifikasi jamur............................................................................................................... 8
2.8 peranan jamur dalam kehidupan...................................................................................... 17
.....
Bab 3 Penutup....................................................................................................................... 19
3.1 Simpulan.......................................................................................................................... 19
3.2 Saran................................................................................................................................ 19
Daftar Pustaka....................................................................................................................... 20
Lampiran................................................................................................................................ 21
BAB I
1.1 Latar Belakang
Dalam pembelajaran
biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam sekitar
secara sistematis, sehingga ilmu biologi bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta konsep, penemuan pendidikan biologi
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri
dan alam sekitar beserta isinya yang terdiri dari dua macam yaitu makhluk hidup
(biotik) dan makhluk tidak hidup (abiotik).
Ruang lingkup yang dipelajari
dalam biologi sangat luas, agar mudah mepelajarinya biologi dibagi menjadi
berbagai cabang ilmu berdasarkan bidang yang dipelajari seperti mikologi,
dimana mikologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang jamur serta
peranannya bagi kehidupan manusia. Kata jamur atau fungi mungkin akan selalu
kita maknai sebagai cendawan, yaitu organisme yang pendek, seperti serbuk atau
spons, tubuhnya berwarna-warni, dan tumbuh di atas tanah seperti tumbuhan.
Meskipun cendawan adalah organisme yang umum kita sebut sebagai jamur (jamur
yang sebenarnya), dan sebagian besar jamur tersebut terlihat hidup di atas
tanah, tetapi kata fungi memiliki makna yang lebih luas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar
belakang di atas maka penulis dapat merumuskan suatu permasalahan dalam makalah
ini antara lain sebagai berikut :
1.
Pengertian mikologi secara umum ?
2.
Bagaimana cir-ciri dari jamur/fungi ?
3.
Bagaimana struktur tubuh jamur/fungi ?
4.
Bagaimana cara hidup dan habitat fungi?
5.
Reproduksi jamur/fungi ?
6.
Klasifikasi fungi dan peranannya ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas maka penulis dapat memahami tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui
mengetahui pengertian mikologi sebagai ilmu
2. Untuk mengetahui
ciri-ciri jamur
3. Untuk mengetahui
struktur tubuh jamur/fungi
4. Untuk mengetahui cara
hidup dan habitat fungi
5. Reproduksi jamur/fungi
6. Klasifikasi fungi dan
perananya dalam kehidupan manusia.
BAB II
2.1 Pengertian Mikologi
Mikologi Berasal
dari bahasa Yunani Mykes yang berarti Jamur dan Logos yang berarti
Ilmu. Mikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jamur. Dalam
bahasa Inggris Jamur disebut Fungi / Fungus. Kajian dalam mikologi antara
lain meliputi klasifikasi fungi, kerugian dan peranan jamur dam kehidupan
manusia. Seiring perkembangan teknologi jamur banyak digunakan dalam
bioteknogi, misalnya pembuatan tempe, pembuatan pesellin.
2.2 Ciri-Ciri Jamur
Kata jamur atau fungi
mungkin akan selalu kita maknai sebagai cendawan, yaitu organisme yang pendek,
seperti serbuk atau spons, tubuhnya berwarna-warni, dan tumbuh di atas tanah
seperti tumbuhan. Meskipun cendawan adalah organisme yang umum kita sebut
sebagai jamur (jamur yang sebenarnya), dan sebagian besar jamur tersebut terlihat
hidup di atas tanah, tetapi kata fungi memiliki makna yang lebih luas. Fungi atau jamur didefinisikan
sebagai kelompok organism eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile),
bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan,
mannan, dan kitin, tidak berklorofi l, memperoleh nutrien dengan menyerap
senyawa organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual.
Di alam ada sekitar
100.000 jenis jamur yang sudah dikenal dan lebih dari 1.000 jenis baru yang
berhasil dideskripsikan oleh para ahli setiap tahunnya. Bahkan mungkin masih
ada sekitar 200.000 jenis lain yang sampai saat ini belum ditemukan atau
dideskripsikan. Sementara itu, kegiatan manusia dalam mengeksploitasi alam
berpeluang mengancam keberlangsungan hidup organisme tersebut. Perusakan hutan
hujan tropis yang hampir terjadi setiap hari atau perusakan habitat jamur yang
lain tidak diragukan lagi berpotensi membawa jenis- jenis organisme berspora
tersebut kepada kepunahan, bahkan sebelum mereka sempat ditemukan dan
dipelajari oleh para ahli.
Jamur atau fungi
memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang lembab, sedikit
asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak berfotosintesis,
sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari
senyawa-senyawa organik yang diabsorbsi dari organisme lain.
Jamur yang prinsip
nutrisinya adalah heterotrof menyebabkannya memiliki kemampuan hidup sebagai
pemakan sampah (saprofit) maupun sebagai penumpang yang mencuri makanan dari
inangnya (parasit). Jamur saprofit adalah jamur yang
makanannya berupa senyawa organik yang telah diuraikan. Jamur ini memiliki
enzim-enzim tertentu yang dapat merombak senyawa-senyawa organik. Biasanya
jamur ini hidup dibagian organisme yang telah mati, misalnya pada serasah atau
batang kayu yang telah lapuk.
Jamur parasit adalah jamur yang
menyerap makanan dari organisme yang ditumpanginya. Sifat parasit ini masih
dapat dibedakan lagi menjadi parasit obligat dan parasit fakultatif.
Jamur parasit
obligat adalah jamur yang hanya bisa hidup sebagai parasit. Bila ia
berada di luar inangnya, maka ia akan mati. Contohnya adalah Pneumonia
carinii (parasit pada paru-paru penderita AIDS), Epidermophyton
fl oocosum (penyebab penyakit kaki atlet), dan Ustilago maydis (jamur
parasit pada tanaman jagung). Sedangkan jamur parasit fakultatif adalah jamur
yang di samping hidup parasit, ia juga bisa hidup sebagai saprofi t. Jamur
tersebut akan bersifat parasit ketika mendapatkan hospes. Jamur memiliki
kemampuan hidup yang sangat mengesankan. Jamur juga dapat hidup pada suhu
sekitar 22oC – 30oC. Bahkan ada beberapa jenis jamur yang dapat tumbuh dengan
subur pada temperatur sekitar -5oC. Jamur juga dapat hidup pada tempat yang
mengan dung gula atau garam. Dan sifat umum lainnya adalah jamur mampu
memanfaatkan berbagai bahan makanan untuk memenuhi keperluan hidupnya, tetapi
tidak dapat menggunakan senyawa karbon anorganik, seperti halnya bakteri.
2.3 Struktur Tubuh Jamur
Dilihat dari struktur
tubuhnya, jamur memiliki ciri-ciri yang berguna untuk mengenal apakah suatu
organisme merupakan jamur atau bukan. Organisme yang termasuk jamur bisa
terdiri atas satu sel maupun terdiri atas banyak sel. Jamur yang bersel
tunggal (uniseluler), misalnya adalah ragi (Saccharomyces cerevisiae).
Sedangkan jamur yang tubuhnya bersel banyak (multiseluler) bisa
berupa jamur mikroskopis maupun jamur makroskopis. Jamur mikroskopis adalah
jamur yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop, karena memiliki ukuran tubuh
yang sangat kecil. Contoh jamur mikroskopis multiseluler adalah Aspergillus
sp. dan Penicillium sp. Jamur multiseluler juga ada yang
bersifat makroskopis, mudah diamati dengan mata telanjang, yang berukuran
besar. Contoh jamur makroskopis adalah jamur merang (Volvariella valvacea)
dan jamur kuping (Auricularia polytricha).
Jamur merupakan
organisme eukariotik (eu: sejati dan cariyon: inti), yaitu
organisme yang inti selnya memiliki selaput inti atau karioteka yang
lengkap. Di dalam sel jamur terdapat sitoplasma dan nucleus yang kecil. Jamur
memiliki bentuk tubuh bervariasi, ada yang bulat, bulat telur, maupun
memanjang. Pada jamur bersel banyak (multiseluler) banyak terdapat deretan sel
yang membentuk benang, disebut hifa. Pada jamur yang sifat hidupnya
parasit, hifa mengalami modifi kasi, disebut haustoria. Haustoria merupakan
organ untuk menyerap makanan dari substrat tempat hidup jamur, dan organ ini
memiliki kemampuan untuk menembus jaringan substrat.
Beberapa jaringan hifa
akan membentuk miselium. Miselium merupakan tempat pembentukan
spora dan juga sebagai alat reproduksi serta alat untuk mendapatkan makanan.
Hifa juga bisa membentuk struktur yang disebut badan buah. Badan
buah merupakan kumpulan hifa yang muncul dari dalam tanah atau kayu
yang lapuk. Badan buah dijumpai pada kelompok jamur tertentu.
Berdasarkan ada tidaknya
sekat atau septa dikenal adanya hifa aseptat, hifa septat uninukleus, dan hifa
septat multinukleus. Beberapa jenis jamur memiliki hifa yang tidak bersekat.
Didalam hifa tersebut terdapat banyak intisel (multinukleus) yang menyebar
didalam sito- plasmanya. Bentuk hifa yang demikian disebut soenositik..
Hifa jamur bercabang-cabang membentuk miselium. Kita mengenal ada 2 macam
miselium, yaitu miselium vegetatif (berfungsi sebagai alat penyerap makanan)
dan miselium generatif (berfungsi sebagai alat reproduksi).
1.
Hifa aseptat atau hifa tidak bersepta
yaitu hifa yang tidak
mempunyai sekat atau septum. Istilah lain dari hifa tipe ini adalah
soenositik. Hifa tersebut dapat dijumpai misalnya pada Rhizopus
oryzae dan Mucor mucedo.
2.
Hifa septat uninukleus atau hifa bersepta berinti tunggal
yaitu hifa yang disusun
oleh sel-sel berinti tunggal dan memiliki sekat yang membagi hifa menjadi
ruang-ruang, dan setiap ruang memiliki satu inti sel. Meskipun demikian, inti
sel dan sitoplasma dari ruang yang satu dapat berpindah ke ruang lainnya. Hal
ini dimungkinkan oleh adanya pori pada sekat-sekat tersebut. Hifa tipe ini
dapat dijumpai misalnya pada Puccinia graminis.
3.
Hifa septat multinukleus atau hifa bersepta berinti banyak
yaitu hifa yang disusun
oleh sel-sel berinti banyak dan memiliki sekat yang membagi hifa menjadi
ruang-ruang, dan setiap ruang memiliki inti sel lebih dari satu. Nectria
cinnabarina merupakan contoh jamur yang memiliki tipe hifa seperti
ini.
2.4 Cara Hidup dan Habitat
jamur
Cara hidup jamur bervariasi,
ada yang hidup secara soliter dan ada yang hidup berkelompok (membentuk
koloni). Pada umumnya jamur hidup secara berkelompok atau berkoloni, karena
hifa dari jamur tersebut saling bersambungan atau berhubungan. Cara hidup ini
dijumpai misalnya pada jamur tempe (Rhizopus oryzae), jamur roti (Mucor
mucedo), dan Aspergillus fl avus. Jadi, kalau kalian melihat
jamurjamur tersebut yang nampak adalah koloninya, sedangkan individu yang
menyusunnya berukuran sangat kecil.
Habitat jamur juga
bermacam-macam. Berbagai jamur hidup di tempat-tempat yang basah, lembab, di
sampah, pada sisa-sisa organisme, atau di dalam tubuh organisme lain. Bahkan
banyak pula jenis-jenis jamur yang hidup pada organisme atau sisa-sisa
organisme di laut atau air tawar. Jamur juga dapat hidup di lingkungan asam,
misalnya pada buah yang asam, atau pada pada lingkungan dengan konsentrasi gula
yang tinggi, misalnya pada selai. Bahkan, jamur yang hidup bersimbiosis dengan
ganggang (lumut kerak), dapat hidup di habitat ekstrim dimana organisme lain
sulit untuk bertahan hidup, seperti di daerah gurun, gunung salju, dan di
kutub. Jenis jamur lainnya juga dijumpai hidup pada tubuh organisme lain, baik
secara parasit maupun simbiosis.
2.5
Cara Memperoleh Makanan
Jamur bersifat
heterotrof, artinya tidak dapat menyusun atau mensintesis makanan sendiri.
Jamur tidak memiliki klorofil, sehinggatidak bisa berfotosintesis. Jamur hidup
dengan memperoleh makanan dari organisme lain atau dari materi organik yang
sudah mati. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya, jamur dapat hidup secara
saprofit, parasit, dan simbiotik.
Kebanyakan jamur adalah
bersifat saprofit. Jamur tersebut memperoleh makanannya dari materi
organik yang sudah mati atau sampah. Untuk memperoleh makannya, hifa jamur
mengeluarkan enzim pencernaan, yang dapat merombak materi organik, menjadi
materi yang sederhana (anorganik) sehingga mudah diserap oleh jamur. Jamur
paying, jamur ragi (Saccharomyces cerevisiae), dan jamur tempe (Rhizopus
oryzae) termasuk dalam kelompok jamur ini.
Beberapa jenis jamur,
ada yang mendapatkan makanannya langsung dari tubuh inangnya. Jamur tersebut
hidup sebagai parasit yang menyerang tumbuhan, biasanya mempunyai hifa khusus,
yang disebut haustoria. Bentuk hifa tersebut dapat menembus sel inang dan
menyerap zat makanan yang dihasilkan inang. Jamur parasit tersebut sering
menimbulkan penyakit pada tanaman, sehingga di bidang pertanian menyebabkan
penurunan hasil panen. Pada manusia, jamur juga menyebabkan penyakit, misalnya
penyakit kaki atlit (athlete’s foot) dan penyakit panu. Beberapa jenis
jamur ada yang membentuk hubungan simbiosis mutualisme dengan akar tumbuhan.
Dalam hal ini, jamur menyediakan materi organik bagi tumbuhan dan sebaliknya,
jamur memperoleh materi organik dari tumbuhan. Selain itu beberapa jenis jamur
ada juga yang bersimbiosis dengan ganggang hijau (Chlorophyta) atau
ganggang hijau-biru (Cyanobacteria) membentuk lumut kerak atau Lichens.
2.6
Cara Reproduksi Jamur
Cara
reproduksi jamur sangat bervariasi. Meskipun demikian, reproduksi jamur umumnya
terjadi dalam 2 cara, yaitu secara seksual (perkembangbiakan generatif ) dan
secara aseksual (perkembangbiakan vegetatif ).
Perkembangbiakan
jamur secara generatif adalah perkembangbiakan yang diawali
dengan peleburan gamet (sel-sel kelamin), yang didahului dengan penyatuan 2
hifa yang berbeda, yang disebut konjugasi. Berdasarkan gametnya,
proses ini dapat dikelompokkan sebagai isogami, anisogami, oogami,
gametangiogami, somatogami, dan spermatisasi.
Isogami yaitu
peleburan 2 gamet yang sama bentuk dan ukuran nya, bila gamet-gamet tersebut
tidak sama ukurannya disebut anisogami. Apabila peleburan 2 gamet
tersebut yang berbeda adalah bentuk dan ukurannya, maka disebut oogami.
Pada oogami, ovum yang dihasilkan dalam oogoium dibuahi oleh spermatozoid yang
dibentuk dalam anteridium. Sedangkan yang disebut dengan gametangiogami adalah
bila peleburan isi 2 gametangium yang berbeda jenisnya tersebut menghasilkan
zigospora.
Pada somatogami,
yang terjadi yaitu peleburan 2 sel hifa. Dua sel hifa yang tidak
berdeferensiasi inti selnya berpasangan, kemudian terbentuk hifa diploid yang
selanjutnya akan dibentuk askospora. Sedangkan spermatisasi yaitu peleburan
antara spermatium (gamet jantan) dengan gametangium betina
(hifa) yang kemudian berkembang membentuk hifa baru (diploid) dan menghasilkan
askospora.
Seperti
halnya reproduksi seksual, reproduksi aseksual juga dapat terjadi melalui
beberapa cara. Cara reproduksi yang paling sederhana adalah dengan pembentukan
tunas (budding) yang biasa terjadi pada jamur uniseluler,
misalnya ragi (Saccharomyces cerevisiae). Pada reproduksi dengan cara
ini, jamur membentuk semacam sel berukuran kecil yang kemudian tumbuh menjadi
sel ragi dengan ukuran sempurna yang akhirnya terlepas dari sel induknya
menjadi individu baru.
Selain
dengan tunas, reproduksi aseksual juga dapat terjadi dengan fragmentasi dan
spora aseksual. Fragmentasi adalah pemotongan bagian-bagian
hifa dan setiap potongan tersebut dapat tumbuh menjadi hifa baru. Reproduksi
jamur secara fragmentasi diawali dengan terjadinya pemisahan hifa dari sebuah
miselium. Selanjutnya hifa tersebut akan tumbuh dengan sendirinya menjadi
miselium baru. Pada kondisi tertentu, hifa akan terdegeneralisasi menjadi sporangia (penghasil
spora aseksual).
Cara
reproduksi aseksual yang lain adalah dengan spora yang disebut spora
aseksual. Spora aseksual adalah spora yang dihasilkan dari
pembelahan secara mitosis. Pembentukan spora aseksual pada jamur terjadi
melalui spora yang dihasilkan oleh hifa tertentu. Spora tersebut merupakan
sebuah sel reproduksi yang dapat tumbuh langsung menjadi jamur. Hal ini mirip
dengan perkecambahan biji pada tumbuhan tingkat tinggi.
2.7 Klasifikasi Jamur
Jamur atau fungi
dipelajari secara spesifi k di dalam cabang biologi yang disebut mikologi.
Para ahli mikologi (mycologist) mengelompokkan kingdom ini ke dalam 4
divisi. Dasar yang digunakan dalam klasifi kasi ini adalah persamaan ciri-ciri.
Salah satu ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora, baik spora berfl agela
maupun spora tidak berfl agela. Jenis-jenis jamur yang sporanya berflagela
dikelompokan dalam Dunia Protista yaitu Myxomycotina dan Oomycotina. Sedangkan
yang memiliki spora tidak berfl agela dimasukkan ke dalam Dunia Fungi dan
dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi
Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar
klasifi kasi ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan
jamur-jamur yang reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifi kasikan ke
dalam satu divisi, yang diberi nama Divisi Deuteromycotina.
1. Zygomycotina
Zygomycotina disebut
juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur yang terkenal
dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (black bread
mold) atau Rhizopus sp. Divisi Zygomycotina memiliki
anggota yang hampir semuanya hidup pada habitat darat, kebanyakan hidup sebagai
saprofit. Tubuhnya bersel banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat,
dan tidak menghasilkan spora yang berflagella.
Reproduksi Zygomycotina
terjadi secara aseksual dan seksual. Pada reproduksi seksual, jamur ini
menghasilkan zigospora. Sedangkan reproduksi aseksualnya dengan perkecambahan
(germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di dalam sporangium (kotak spora).
Jika spora matang, sporangium akan pecah, sehingga spora menyebar terbawa
angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan
tumbuh menjadi hifa baru.
Reproduksi seksual
atau generatif dilakukan dengan cara konjugasi. Proses ini diawali
ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling
berdekatan. Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalami pembengkakan
dan perpanjangan pada bagian- bagian tertentu, disebut gametangium.
Kemudian, kedua gametangium tersebut bertemu dan kedua intinya melebur
membentuk zigot. Zigot kemudian berkembang menjadi zigospora (diploid). Pada
tahapan berikutnya, zigospora tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna hitam.
Inti diploid (2n) mengalami meisosis, menghasilkan inti haploid (n). Pada
lingkungan yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium.
Sporangium ini memiliki struktur penopang yang disebut sporangiofora.
Selanjutnya, reproduksi secara aseksual dimulai lagi yaitu ditandai dengan
pematangan sporangium hingga sporangium tersebut pecah dan spora tersebar
keluar.
Zygomycotina memiliki
beberapa jenis yang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa
diantaranya merupakan jamur pada makanan. Jenis-jenis jamur tersebut antara
lain:
a. Rhizophus
stolonifera
Jamur
ini tampak sebagai benang-benang berwarna putih, memiliki rizoid dan stolon.
Merupakan saprofit yang hidup pada bungkil kedelai dan bermanfaat dalam
pembuatan tempe.
b. Rhizophus
nigricans
Jamur
ini dapat menghasilkan asam fumarat.
c. Mucor
mucedo
Jamur
ini hidup secara saprofit. Sering dijumpai pada roti, sisa-sisa makanan dan
kotoran ternak. Miselium jamur ini berkembang di dalam substrat. Memiliki
sporangium yang dilengkapi oleh sporangiofor.
d. Pilobolus sp.
Jamur
ini sering disebut ‘pelempar topi’ atau cap thrower, karena bila
sporangiumnya telah masak, jamur ini bisa melontarkannya sampai sejauh 8 meter.
Spora tersebut kemudian melekat pada rumput atau tumbuhan lain. Ketika
tumbuhan tersebut dimakan hewan, spora jamur yang melekat tersebut akan
berkecambah di dalam saluran pencernaan dan akan tumbuh pada kotoran yang
dikeluarkan hewan tersebut.
2.
Ascomycotina
Ascomycotina
disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi yang reproduksi
seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus (ascus = sac atau
kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam sporangium yang
menghasilkan askospora. Beberapa askus biasanya mengelompok dan berkumpul
membentuk tubuh buah yang disebut askorkarp atau askoma (kalau
banyak disebut askomata). Askomata bisa berbentuk mangkok, botol, atau seperti
balon). Hifa dari Ascomycotina umumnya monokariotik (uninukleat atau memiliki
inti tunggal) dan sel-sel yang dipisahkan oleh septa sederhana.
Jadi,
askus merupakan struktur umum yang dimiliki oleh anggota Divisi Ascomycotina.
Tubuhnya ada yang berupa uniseluler dan ada pula yang multiseluler. Hidup
sebagai saprofi t dan parasit. Beberapa jenis diantaranya dapat juga
bersimbiosis dengan makhluk hidup ganggang hijau-biru dan ganggang hijau bersel
satu membentuk lumut kerak.
Siklus
hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh menjadi benang (hifa)
yang bercabang-cabang. Kemudian, salah satu dari beberapa sel pada ujung hifa
berdiferensiasi menjadi askogonium, yang ukurannya lebih lebar dari hifa biasa.
Sedangkan ujung hifa yang lainnya membentuk Anteridium. Anteridium dan
Askogonium tersebut letaknya berdekatan dan memiliki sejumlah inti yang haploid.
Pada
askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan askogonium
dengan anteredium. Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah ke
askogonium dan kemudian berpasangan dengan inti pada askogonium. Selanjutnya
pada askogonium tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa askogonium.
Inti-inti membelah secara mitosis dan tetap berpasangan. Hifa askogonium tumbuh
membentuk septa bercabang. Bagian askogonium berinti banyak, sedangkan pada
bagian ujungnya berinti 2. Bagian ujung inilah yang akan tumbuh menjadi bakal
askus.
Hifa
askogonium ini kemudian berkembang disertai pertumbuhan miselium vegetatif yang
kompak, membentuk tubuh buah. Dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid
yang kemudian membelah secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus
(askospora). Apabila askospora tersebut jatuh pada lingkungan yang sesuai maka
ia akan tumbuh membentuk hifa atau miselium baru.
Reproduksi
aseksual pada Ascomycotina adalah dengan cara
membentuk tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi
pada jamur uniseluler dan spora aseksual pada jamur terjadi
pada jamur multiseluler. Spora aseksual tersebut terbentuk pada ujung hifa
khusus yang disebut konidiofor dan sporanya disebut konidia.
Konidia merupakan spora yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak
spora atau sporangium.
Berikut
adalah beberapa contoh jamur anggota Divisi Ascomycotina.
a.
Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces
cerevisiae merupakan jamur mikroskopis, bersel tunggal dan tidak memiliki
badan buah, sering disebut sebagai ragi, khamir, atau yeast.
Reproduksi vegetatifnya adalah dengan membentuk kuncup atau tunas (budding).
Pada kondisi optimal, khamir dapat membentuk lebih dari 20 tunas. Tunas-tunas
tersebut semakin membesar dan akhirnya terlepas dari sel induknya. Tunas yang
terlepas ini kemudian tumbuh menjadi individu baru.
Reproduksi generatif
terjadi dengan mem ben tuk askus dan askospora. Askospora dari 2 tipe aksus
yang berlainan bertemu dan menyatu menghasilkan sel diploid. Selanjutnya
terjadi pembelahan secara meiosis, sehingga beberapa askospora (haploid)
dihasilkan lagi. Askospora haploid tersebut berfungsi secara langsung sebagai
sel ragi baru. Cara reproduksi seksual ini terjadi saat reproduksi aseksual
tidak bisa dilakukan, misalnya bila suplai makanan terganggu atau lingkungan hidupnya
tidak mendukung.
Dalam kehidupan
manusia, S. cerevisiae dimanfaatkan dalam pembuatan roti,
tape, peuyeum, minuman anggur, bir, dan sake. Proses yang terjadi dalam
pembuatan makanan tersebut adalah fermentasi. Perhatikan
b.
Penicillium spp.
Penicillium hidup
sebagai saprofi t pada substrat yang banyak mengandung gula, seperti nasi,
roti, dan buah yang telah ranum. Pada substrat gula tersebut, jamur ini tampak
seperti noda biru atau kehijauan Reproduksi jamur Penicillium berlangsung
secara vegetatif (konidia) dan secara generatif (askus). Beberara contoh jamur
anggota genus Penicillium antara lain:
i.
Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum
Kedua jenis Penicillium ini
menghasilkan zat antibiotik (penisilin)
ii.
Penicillium roquefortii dan Penicillium camemberti
Kedua jenis jamur ini
biasa dimanfaatkan dalam memberti cita rasa atau mengharumkan keju.
c. Aspergillus spp.
Jamur ini biasanya
tumbuh berkoloni pada makanan, pakaian, dan alat-alat rumah tangga.
Koloni Aspergillus berwarna abu-abu, hitam, coklat, dan
kehijauan. Distribusinya luas, dapat tumbuh di daerah beriklim dingin maupun
daerah tropis. Reproduksi secara vegetatif dengan konidia yang disebarkan oleh
angin. Beberapa jenis jamur anggota marga Aspergillus adalah:
a)
Aspergillus oryzae
Jamur ini biasa
digunakan untuk mengempukkan adonanroti, dan jamur tersebut dapat menghasilkan
enzim protease.
b)
Aspergillus wentii
Aspergilus jenis ini berperan dalam
dalam pembuatan sake, kecap, tauco, asam sitrat, asam oksalat, dan asam format,
serta penghasil enzim protease.
c)
Aspegillus niger
Jenis ini dimanfaatkan
untuk menghilangkan gas O2 dari sari buah, dan dapat menjernihkannya. Jamur
tersebut juga dapat menghasilkan enzim glukosa oksidase dan pektinase.
d) Apergillus fl avus
Jenis Aspergilus ini
menghasilkan afl atoksin, penyebab kanker pada manusia.
e)
Apergillus nidulans
Jamur ini hidup sebagai
parasit pada telinga, menyebabkan automikosis.
f)
Aspergillus fumigates
fumigatus merupakan jamur yang
dapat menyebabkan penyakit kanker pada paru-paru burung.
i.
Neurospora crassa
Neurospora crassa dikenal sebagai jamur
oncom karena sering digunakan untuk membuat oncom. Warna merah muda atau jingga
yang muncul pada oncom merupakan warna konidia jamur tersebut. Awalnya jenis
ini dikelompokkan ke dalam Divisi Deuteromycota, dengan nama Monilia
sitophila. Tetapi setelah ditemukan alat reproduksi generatifnya, berupa
askus, sekarang jamur ini dimasukkan ke dalam kelompok Ascomycotina.
ii.
Morchella deliciosa dan Morchella esculenta
Kedua jenis jamur ini
merupakan jamur makroskopis, hidup di tanah. Karena rasanya yang lezat, jamur
ini menjadi konsumsi manusia. Dalam dunia perdagangan jamur ini dikenal dengan
nama morel, ukuran tubuhnya sedang, berwarna coklat kemerahmerahan,
tubuhnya seperti spons dan sering dijual dalam bentuk awetan.
3. Basidiomycotina
Divisi Basidiomycotina
sering disebut juga sebagai the club fungi atau yang sering
disebut jamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms). Jamur ini
bereproduksi secara seksual dengan membentuk basidia yang kemudian menghasilkan
basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut basidioma atau basidiokarp
(Gambar 5.22). Basidia tersebut bisa berkembang dalam bentuk seperti insang,
pori-pori, seperti gigi, atau struktur lain. Hifa dari Basiomycotina umumnya
dikaryotik (binukleat, dengan 2 inti) dan terkadang memiliki hubungan yang sa
ling mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan oleh septa yang kompleks. Anggota
nya kebanyakan berupa jamur makroskopis. Kelompok ini memiliki miselium yang
bersekat dan memiliki tubuh buah (basi diokarp) yang panjang, berupa lembaran-
lembaran, yang berliku-liku atau bulat. Jamur ini umumnya hidup saprofi t dan
parasit, umumnya berkembang biak secara aseksual dengan konidium.
Siklus hidup
Basidiomycota dimulai dari spora basidium ataukonidium yang tumbuh menjadi hifa
yang bersekat dengan 1 inti (monokariotik).Hifa tersebut kemudian tumbuh
membentuk miselium.Hifa-hifa yang berbeda, hifa (+) dan hifa (-), bersinggungan
pada masing-masing ujungnya dan melebur diikuti dengan larutnya
masingmasingdinding sel. Kemudian inti sel dari salah satu sel pindah ke
selyang lainnya, sehingga sel tersebut memiliki 2 inti sel (dikariotik).
Seldikariotik tersebut akhirnya tumbuh menjadi miselium dikariotik
danselanjutnya menjadi tubuh buah (basidiokarp).
Basidiokarp memiliki
bentuk seperti payung. Pada bagian bawahnya terdapat basidium yang terletak
pada bilah-bilah (lamela). Masingmasing basidium memiliki 2 inti (2n). Kemudian
2 inti tersebutmengalami meiosis dan akhirnya terbentuk 4 inti haploid. Dan
apabilamendapatkan lingkungan yang sesuai, inti haploid tersebut akantumbuh
menjadi spora basidium, atau disebut juga spora seksual.Begitu seterusnya
membentuk siklus hidup Basidiomycotina. Untuklebih jelasnya, perhatikan Gambar
5.23.
Berbagai jenis jamur
yang dikonsumsi kita konsumsi dalam kehidupansehari-hari adalah anggota
Basidiomycotina. Jenis-jenis tersebutantara lain:
a.
Volvariella volvacea (jamur merang)
Jamur ini mempunyai
tubuh buah berbentuk seperti payung, terdiri atas lembaran-lembaran (bilah),
yang berisi basidium. Tubuh buahnya berwarna putih kemerah-merahan. Jamur ini
merupakan sumber protein, kadar kalorinya tinggi, tetapi kadar kolesterolnya
rendah. Karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, jamur ini banyak
dibudidayakan.
b.
Auricularia polythrica (jamur kuping)
Jamur kuping merupakan
jamur saprofi t pada kayu yang mati. Tubuh buahnya berbentuk seperti daun
telinga (kuping), berwarna merah kecoklat-coklatan. Rasanya enak dan bisa
dimakan seperti sayuran. Jamur ini pun sekarang sudah banyak dibudidayakan.
c.
Amanita phalloides
Amanita phalloides merupakan salah satu
anggota suku Amanitaceae. Amanita, merupakan cendawan yang indah,
tetapi juga merupakan anggota daftar cendawan yang mematikan di bumi,
mengandung cukup racun untuk membunuh seorang dewasa hanya dengan sepotong
tubuhnya. Jamur ini hidup sebagai saprofi t pada kotoran hewan ternak, memiliki
tubuh buah berbentuk seperti payung. Puccinia graminis (jamur
karat)
Jamur ini hidup parsit
pada daun rumput-rumputan (Graminae), tubuhnya makroskopik, tidak
memiliki tubuh buah, dan sporanya berwarna merah kecoklatan seperti warna
karat.
4. Deuteromycotina
Beberapa jamur yang
belum diketahui alat reproduksi generatifnya dimasukkan ke dalam
Deuteromycotina. Kelompok jamur ini juga sering disebut sebagai jamur
tidak sempurna atau the imperfect fungi. Jamur ini tidak
mengalami reproduksi seksual atau mereka menunjukkan tahap aseksual (anamorph)
dari jamur yang memiliki tahap seksual (teleomorph). Jamur ini
menyerupai Ascomycotina (septanya sederhana). Jadi, kelompok ini bisa dikatakan
sebagai “keranjang sampah”, tempat sementara untuk menampung jenis-jenis jamur
yang belum jelas statusnya. Apabila pada penelitian berikutnya ditemukan cara
reproduksi seksualnya, maka suatu jenis jamur anggota Deuteromycotina akan bisa
dikelompokkan ke dalam Divisi Ascomycotina atau Divisi Basidiomycotina.
Contohnya adalah Neurospora crassa yang saat ini dimasukkan ke
dalam kelompok Ascomycotina.
Semua jamur anggota
divisi artifi sial ini bereproduksi secara aseksual dengan konidia. Konidia
dibentuk diujung konidiosfora, secara langsung pada hifa yang bebas. Beberapa
jenis hidup pada dedaunan dan sisa-sisa tumbuhan yang tenggelam di dasar sungai
yang berarus deras. Beberapa kelompok yang lain merupakan parasit pada protozoa
dan hewan-hewan kecil lainnya dengan berbagai cara. Beberapa jenis juga ditemui
pada semut dan sarang rayap.
Beberapa jamur parasit
pada hewan-hewan kecil mengembangkan unbranched body di dalam
tubuh korbannya, kemudian secara perlahan- lahan menyerap nutrien sampai
korbannya mati. Setelah itu jamur tersebut memproduksi rantai
spora yang mungkin menempel atau termakan oleh hewan-hewan lain yang
akan menjadi korbannya. Cara lain adalah dengan menangkap mangsanya dengan hifa
yang dapat menusuk, dengan menumpangi dan melekat pada amuba. Salah satu
kelompok jamur penghuni tanah ada yang mampu menangkap cacing nematoda dengan
membentuk cincin hifa atau hyphal loop. Ukuran
cicin hifa tersebut lebih kecil dari ukuran tubuh nematode dan run cing pada
kedua ujungnya. Ketika nematoda memasukkan kepalanya ke dalam cincin hifa,
cacing tersebut cenderung berusaha keluar dengan bergerak maju, bukan mundur,
sehingga cacing tersebut justru terjebak pada kumparan hifa jamur tersebut.
Setelah berhasil menjerat korbannya, jamur tersebut kemudian membentuk
haustoria yang tumbuh menembus ke dalam tubuh cacing dan mencernanya.
Pada manusia, jamur
anggota Divisi Deuteromycotina umumnya menyebabkan penyakit. Epidermophyton
fl oocosum menyebabkan penyakit kaki atlet, sedangkan Microsporum sp. dan Trichophyton sp. menyebabkan
penyakit kurap atau panu. Karena hidup dikulit, kedua jamur tersebut sering
disebut juga sebagai dermatophytes. Jenis lain yang merupakan
penyebab penyakit pada manusia adalah Candida albicans.
Jamur mikroskopis ini memiliki bentuk tubuh mirip ragi, tetapi sifat hidupnya
adalah parasit. Penyakit yang ditimbulkannya adalah penyakit keputihan yang
terjadi karena adanya infeksi pada vagina.
Deuteromycotina juga
memiliki beberapa anggota yang merupakan penyebab penyakit pada tanaman. Sclerotium
rolfsie adalah jamur yang menyebabkan penyakit busuk pada tanaman
budidaya. Sedangkan Helminthosporium oryzae adalah contoh
jamur parasit yang dapat merusak kecambah dan buah serta dapat menimbulkan
noda-noda berwarna hitam pada daun inangnya.
5. Oomycotina (Jamur Air)
Oomycotina berarti fungi
telur. Istilah ini didasarkan pada cara reproduksi seksual pada jamur air.
Beberapa anggota Oomycotina bersifat uniseluler dan tidak memiliki kloroplas.
Jamur air memiliki
dinding sel terbuat dari selulosa, yang berbeda dengan dinding sel jamur sejati
yang terbuat dari polisakarida yang disebut kitin. Yang membedakan jamur air
dengan jamur sejati adalah adanya sel bifl agellata yang terjadi pada daur
hidup jamur air. Sementara jamur sejati tidak memiliki flagella.
Sebagian besar jamur air
hidup secara bebas atau melekat pada sisa-sisa tumbuhan di kolam, danau, atau
aliran air. Meraka hidup sebagai pengurai dan berkoloni. Walaupun begitu, ada
juga yang hidup pada sisik atau insang ikan yang terluka sebagai parasit.
Contoh anggota Oomycotina adalah Saprolegnia, dan Phytoptora
infestans. Selain bersifat parasit, jamur air juga bersifat patogen (dapat
menimbulkan penyakit), seperti menyebabkan pembusukan kayu pada kentang dan
tomat.
Jamur air dapat
bereproduksi secara seksual atau aseksual. Secara aseksual, jamur air
menghasilkan sporangium di ujung hifa. Di dalam sporangium tersebut, dihasilkan
spora yang berfl agella yang disebut zoospora. Ketika zoospora matang dan jatuh
di tempat yang sesuai, maka akan berkecambah dan tumbuh menjadi mycelium baru. Adapun
reproduksi secara seksual terjadi melalui penyatuan gamet jantan dan gamet
betina. Gamet jantan dihasilkan oleh antheredium dan gamet betina dihasilkan
dari oogonium. Penggabungan gamet jantan dan gamet betina menghasilkan zigot
diploid. Zigot ini nantinya akan berkembang menjadi spora, yang berdinding
tebal. Saat spora berkecambah, akan dihasilkan mycelium baru.
6. Myxomycotina
Pada umumnya, jamur
lendir berwarna (berpigmen) kuning atau orange, walaupun ada sebagian yang
berwarna terang. Jamur ini bersifat heterotrof dan hidup secara bebas. Tahapan
memperoleh makan dalam siklus hidup jamur lendir merupakan suatu massa ameboid
yang disebut plasmodium. Plasmodium ini dapat tumbuh besar hingga
diameternya mencapai beberapa sentimeter. Walaupun berukuran besar, plasmodium
bukan multiseluler. Plasmodium merupakan massa tunggal sitoplasma yang
mengandung banyak inti sel. Plasmodium menelan makanan melalui fagositosis.
Mereka melakukan ini sambil menjulurkan pseudopodia melalui tanah yang lembab,
daun-daunan, atau kayu yang membusuk. Jika habitat jamur lendir mulai mongering
atau tidak ada makanan yang tersisa, plasmodium akan berhenti tumbuh dan
berdiferensiasi menjadi tahapan siklus hidup yang berfungsi dalam tahapan
reproduksi seksual. Contoh jamur lendir adalah jenis Dyctystelum
discridium.
2.8 Peranan Jamur dalam
Kehidupan
Peranan jamur atau fungi
dalam kehidupan sangat luas. Jamur berperan dalam keseimbangan lingkungan yaitu
sebagai dekomposer. Sebagai dekomposer, jamur menguraikan sisa-sisa
organisme yang telah mati sehingga bisa dimanfaatkan oleh organisme lain. Hal
ini sangat penting dalam keberlanjutan ekosistem di bumi, karena yang menjadi
kunci keberlangsungan ekosistem adalah adanya keseimbangan antara produksi
biomasa oleh organisme fotosintetik dan perombakan-perombakan atau daur ulang
nutrien yang dikandungnya. Dalam proses daur ulang senyawa organik ini, fungi
memiliki peran yang menonjol di semua ekosistem utama.
Jamur juga bisa
bersimbiosis dengan organisme lain. Dengan akar tumbuhan tertentu jamur bersimbiosis
membentuk mikoriza. Mikro riza merupakan struktur yang
berperan penting dalam suplai unsur hara. Kalian bisa membaca kembali bagian
awal dari bab ini yang membicarakan cara jamur memperoleh makanan. Berdasarkan
posisi jamur terhadap akar tumbuhan, dikenal adanya endomikoriza (bila hifa
menembus korteks akar) dan ektomikoriza (bila hifa hanya menem bus epidermis
akar). Kelompok jamur yang sering bersimbiosis dengan akar tumbuhan umumnya
termasuk anggota Divisi Zygomycotina, Ascomycotina, dan Basidiomycotina.
Jamur juga berperan
sangat penting dalam fermentasi makanan dan obat-obatan. Sebagai contoh, pada
Divisi Zygomycotina, sedikitnya ada 2 jenis Rhizopus yang
digunakan secara komersial dalam industri pil kontrasepsi dan anestesi,
yaitu R. arrhizus dan R. nigricans. Beberapa jenis
lain juga dimanfaatkan dalam industri alkohol dan untuk mengempukkan daging.
Ada pula jenis lain yang mampu memproduksi pigmen kuning yang digunakan untuk
memberi warna pada margarin.
Beberapa jenis jamur dan
peranannya yang menguntungkan adalah sebagai berikut :
a)
Rhizopus stolonifera : untuk membuat tempe
b)
Rhizophus nigricans: menghasilkan asam fumarat
c)
Saccharomyces cerevisiae : untuk membuat tape, roti, minuman sake, dan bir
d) Aspergillus oryzae
: mengempukkan
adonan roti
e)
Aspergillus wentii : untuk membuat sake, kecap,
tauco, asam sitrat, asam oksalat, dan asam formiat
f)
Aspergillus niger : untuk menghilangkan O2 dari sari buah, dan
menjernihkan sari buah
g)
Penicillium notatum dan P. chrysogenum : menghasilkan penicillin
(antibiotik)
h)
Ganoderma lucidum : bahan obat
i)
Penicillium roquefortii dan P. camemberti : meningkatkan kualitas
(aroma) keju
j)
Trichoderma sp. : menghasilkan enzim selulose
k)
Neurospora crassa (jamur oncom) : untuk membuat oncom
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Berdasarkan pembahasan
diatas penyusun dapat menarik sesimpulan bahwa :
Fungi adalah nama regnum
dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna
makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya.
Fungi memperbanyak diri secara seksual dan aseksual. Perbanyakan seksual dengan
cara :dua hifa dari jamur berbeda melebur lalu membentuk zigot lalu zigot
tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan perbanyakan aseksual dengan cara membentuk
spora, bertunas atau fragmentasi hifa. Jamur memiliki kotak spora yang disebut
sporangium. Di dalam sporangium terdapat spora. Jamur juga berperan dalam
kehidupan yaitu sebagai pengurai atau dekompuser jasad yang sudah mati dan
membebaskan zat zat kimia kea lam selain itu jamur juga berperan dalam
kehidupan manusia seperti pembuatan temped an sebagainya.
3.2
Saran
1.
Bagi seluruh Civitas Akademik untuk terus menambah wawasan
pengetahuan mengenai fungi/jamur
2.
Sebagai manusia, kita perlu membudidayakan jamur yang bermanfaat
untuk memenuhi kebutuhan pangan.
3.
Semoga dengan adanya Makalah ini baik penyusun maupun pembaca
dapat memahami akan pentingnya jamur dalam kehiduan sehari-hari.
4.
Apa bila pembaca menemukan kata-kata yang kuran berkenan, penyusun
mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://makalahkita.com/contoh-makalah-biologi-tentang-jamur/
https://rendhialan.wordpress.com/2014/08/17/nama2-jamur-dan-nama-latinnya/
https://impiansanthi.wordpress.com/2012/08/01/makalah-biologi-jamur/
https://www.jevuska.com/2012/12/03/macam-macam-jamur-dan-gambarnya/
http://kangkunggenjer.blogspot.co.id/2015/12/makalah-biologi-tentang-jamur.html
Lampiran
No
|
Nama
|
Gambar
|
1.
|
Jamur kuping (Auricularia
sp)
|
![]() |
2.
|
Jamur shiitake (Lentinula sp)
|
|
3
|
Jamur maitake (Grifolia sp)
|
|
5
|
Jamur champignon (Agaricus sp)
|
|
6
|
Jamur tiram (Pleurotus sp)
|
|
7
|
Jamur lingzhi (Ganoderma sp)
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar