Rabu, 26 Mei 2021

3.1.a.9. Aksi Nyata _ Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan 9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang)

 

3.1.a.9. Aksi Nyata _ Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang)

Moda: Mandiri - Konferensi

CGP dapat mempraktikkan proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan pengujian keputusan di sekolah asal

Made Pujangga_CGP SMAN 1 Basarang Kapuas Kalimantan Tengah Angkatan 1 Tahun 2020

Fasilitator : Rini Nuraeni, M.Si

Pendamping : Aristanika, S.Psi

Link artikel :

1.      Latar belakang yang dihadapi oleh Calon Guru Penggerak

Pendidikan itu merupakan suatu tuntutan di dalam hidup tumbuh kembangnya anak anak. Dimana Peran Pendidikan terutana seorang Pendidik harus menuntun anak sesuai kodrat yang dia miliki. Anak anak adalah manusia biasa yang mempunyai kepribadian, karakter, kemampuan , kekuatan, kreativitas yang berbeda beda sesuai dengan kodrat yang dimilikinya, sehingga kita sebagai pendidik tidak mempunyai hak untuk mengharapkan yang lebih dari kodrat mereka namun kita mampu menuntun tumbuh kembangnya mereka serta memperbaiki tingkah lakunya jika berjalan dijalan yang tidak benar. Seperti Seorang petani yang menanam padi, petani hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat ulat atau jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya, tetapi ia tidak dapat menggantikan kodrat padinya. Misalnya ia tak dapat menggantikan padi yang ditanamnya itu tumbuh sebagai jagung, dan tak dapat memelihara padi dengan cara memelihara jagung ataupun rambutan. Demikianlah Pendidikan, Walaupun pendidik hanya mampu untuk menuntun akan tetapi manfaatnya sangat berguna kelak dimasa depan yang akan datang.

Kita semua percaya bahwa tujuan penting sekolah adalah pembentukan karakter. Itu mengapa banyak program sekolah yang bertujuan untuk menumbuhkan karakter murid. Misalnya saja dulu pernah ada program kantin kejujuran dengan tujuan menumbuhkan karakter jujur pada murid atau program yang banyak dicanangkan saat ini adalah program literasi untuk menumbuhkan karakter kritis pada murid. Ketika kita berbicara sekolah sebagai institusi pembentukan karakter. Mari kita ingat kembali makna pendidikan sendiri dari Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara:“Adapun maksud pendidikan yaitu: menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya” (dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara seri 1 pendidikan halaman 20).Dari kutipan tersebut mengisyaratkan kita sebagai guru perlu membangun komunitas di sekolah untuk menyiapkan murid di masa depan agar menjadi manusia berdaya tidak hanya untuk pribadi tapi berdampak pada masyarakat. Pertanyaannya sekarang adalah karakter seperti apa yang bisa menyiapkan murid menjadi manusia dan anggota masyarakat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan seperti tujuan pendidikan sendiri. Jika kita mengacu pada dasar negara kita yaitu, Pancasila, ada beberapa karakter yang dapat kita contoh, antara lain: Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia, Kreatif, Gotong Royong, Berkebhinekaan Global, Bernalar Kritis dan Mandiri.

Dari pengalaman kita bekerja  pada institusi pendidikan,  kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu.Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan  akan hidup.Sekolah adalah ‘institusi moral’, yang dirancang untuk mengajarkan norma-norma sosial, dimana para pemimpin di sekolah akan menghadapi situasi pengambilan keputusan yang banyak mengandung dilema secara etika, dan berkonflik antara nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar. Keputusan-keputusan yang diambil di sekolah akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah.Penting bagi pendidik untuk menyadari bahwa kita adalah teladan bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila; kita juga seyogyanya selalu mengacu pada kompetensi guru dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

1.      Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2.      Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3.      Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4.      Jangka pendek lawan  jangka panjang (short term vs long term)

Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. Dalam seminar-seminar, ketiga prinsip ini yang seringkali membantu  dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut adalah:

1.      Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2.      Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3.      Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

9 langkah Pengambilan Keputusan

Di bawah ini adalah 9 langkah yang telah disusun secara berurutan untuk memandu Anda dalam mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan.

Langkah 1.

Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

Ada 2 alasan mengapa langkah ini adalah langkah yang penting dalam pengujian keputusan. Alasan yang pertama, langkah ini mengharuskan kita untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diperhatikan, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama. Alasan yang kedua adalah karena langkah ini akan membuat kita menyaring masalah yang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial. Untuk mengenali hal ini bukanlah hal yang mudah. Kalau kita terlalu berlebihan dalam menerapkan langkah ini, dapat membuat kita menjadi orang yang terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan setiap kesalahan yang paling kecil pun. Sebaliknya bila kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika lagi.  

Langkah 2.

Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi tertentu. Pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Hal yang seharusnya membedakan bukanlah pertanyaan apakah ini dilema saya atau bukan. Karena dalam hubungannya dengan permasalahan moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.

Langkah 3

Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

Pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya.  Data-data tersebut penting untuk kita ketahui karena dilema etika tidak menyangkut hal-hal yang bersifat teori, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang nyata di mana data yang mendetail akan bisa menggambarkan alasan seseorang melakukan sesuatu dan kepribadian seseorang akan tercermin dalam situasi tersebut. Hal yang juga penting di sini adalah analisis terhadap hal-hal apa saja yang potensial akan terjadi di waktu yang akan datang.

Langkah 4

Pengujian benar atau salah

o    Uji Legal

Pertanyaan yang harus diajukan disini adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral.

 

o    Uji Regulasi/Standar Profesional

Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode etik. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya,  seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.

Langkah 5

Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi ini?

1.      Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2.      Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3.      Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4.      Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

 Apa pentingnya mengidentifikasi paradigma, ini bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.

Langkah 6

Melakukan Prinsip Resolusi

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?

o    Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

o    Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

o    Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Langkah 7

o    Investigasi Opsi Trilema

o    Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah

Langkah 8

o    Buat Keputusan

o    Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

Langkah 9

o    Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

o    Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.

 

Beberapa tahun belakangan, Pendidikan Karakter menjadi fokus sejumlah sekolah. Bahkan, ada sekolah yang memfokuskan diri sebagai “sekolah karakter” dan mengedepankan pendidikan karakter ketimbang hanya fokus pada pendidikan akademis. Pembentukan karakter membutuhkan proses yang lama dan panjang serta butuh konsistensi dari orang-orang sekitar. Pendidikan karakter pun dinilai paling efektif bila dipupuk pada anak sejak dini .Lingkungan sekolah, sebagai salah satu lembaga yang punya kepentingan dalam pembentukan karakter anak, perlu membangun budaya positif.Budaya positif sekolah ini berisi kebiasaan yang disepakati bersama untuk dijalankan dalam waktu yang lama. Jika kebiasaan positif ini sudah membudaya, maka nilai-nilai karakter terintegrasi dengan nilai nilai moral maka akan terbentuk pada diri anak prinsip dan paradigma pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, SMAN 1 Basarang sebagai salah satu SMA Negeri di kabupaten Kapuas yang terletak di Jalan Trans Kalimantan KM 11 Desa Basarang Jaya kecamatan Basarang Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah memiliki komitmen tinggi terkait sekolah sebagai institusi moral oleh karenanya hal ini menjadi salah satu alasan Kami melakukan aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang).

            Deskripsi nyata yang dilakukan dan alasan melakukan aksi tersebut.

Berdasarkan rancangan aksi nyata, deskripsi nyata yang dilakukan dan alasan melakukan aksi tersebut sebagai berikut :

Linimasa tindakan yang akan dilakukan

Perencanaan

Mensosialisasikan program aksi nyata Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang)

Menyampaikan hal-hal yang harus disiapkan kepada teman sejawat

Pelaksanaan

Mulai program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang)

Kegiatan Akhir

Mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan apakah sudah mencapai tujuan atau belum

Memperbaiki kekurangan yang terdapat pada kegiatan yang telah dilaksanakan

 

2.     Hasil dari aksi nyata yang dilakukan

·         Tampak mengadakan rapat dewan guru dan kepala sekolah untuk Mensosialisasikan program aksi nyata Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang)

·         Tampak tersampaikannya hal-hal yang harus disiapkan kepada teman sejawat

·         Tampak mulai program aksi nyata terkait program aksi nyata Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang)

·         Tampak testimoni dari pemangku kepentingan seperti WAKA Kurikulum, WAKA Kesiswaan, Peserta didik pada umumnya merespon positif tentang program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang)

·         Kegiatan sudah berjalan dengan baik dan direspon positif

·         Kegiatan yang dilakukan masih ada kekurangan maka evaluasi dan program tindak lanjut kedepan telah kami lakukan melalui kolaborasi dan komunikasi.

3.     Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan (kegagalan dan keberhasilan)

·         Program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang)dapat terpenuhi, output dari kegiatan  diutamakan pada terealisasinya penumbuhan karakter dan terlahirnya insan pendidikan SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA sebagai salah satu implementasi nyata profil pelajar pancasila dalam di SMAN 1 Basarang.

·         Kegiatan yang dilakukan masih ada kekurangan maka evaluasi dan program tindak lanjut kedepan telah kami lakukan melalui kolaborasi dan komunikasi.

 

4.     Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang

·         Dalam Mengimplementasikan  program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang), penulis sebagai CGP melakukan rencana perbaikan dimasa mendatang dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut:

·         Program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang) yang telah berjalan agar senantiasa ditingkatkan dan dievaluasi agar hasil yang diperoleh juga meningkat, mengingat betapa pentingnya program aksi nyata Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang).

·         Untuk program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang) sebaiknya tidak hanya dilaksanakan oleh guru tertentu saja.namun hendaknya seluruh stake holder sekolah.

·         Siswa akan lebih bermoral nyata jika program aksi nyata Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang)benar- benar terimplementasi secara tulus dan berpihak pada murid.

 

5.     Dokumentasi Proses Pelaksanaan Aksi Nyata

NO

DOKUMENTASI

KETERANGAN

1





PENJELASAN TENTANG RANCANGAN PROGRAM AKSI OLEH CGP aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang).

2



Sambutan IBU FUYI YANTI PIMAE, M.Pd Kepala SMAN 1 Basarang terkait program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang)

 

3





Penjelasan oleh CGP Basarang terkait program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang).

4



Sosialisasi program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang) kepada peserta didik di kelas oleh Bapak Made Pujangga, S.Pd selaku CGP

 

5



 

 

 

 

Tampak mulai program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang) : Rapat penentuan kelulusan kelas XII SMAN 1 Basarang TP 2020/2021

7

 



Tampak mulai program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang): Rapat koordinasi dengan komite sekolah terkait Transparansi SPJ BPP dan Program kerja SMAN 1 Basarang TP 2020/2021

8



 

Tampak mulai program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang): Sosialiasi Penggunaan Dana BOS SMAN 1 Basarang TP 2020/2021

9



Testimoni dari dewan guru terkait program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang).

10





 

 

Testimoni dari peserta didik terkait program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan  9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang).



3 komentar:

  1. Terima kasih telah berbagi, sangat menginspirasi

    BalasHapus
  2. Sangat bermanfaat dan menginspirasi, semoga bisa menjadi referensi guru guru dalam mewujudkan sekolah yang BERPRINSIP & BERPARADIGMA

    BalasHapus