3.1.a.9.
Aksi Nyata _ Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
(Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan 9
Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1
Basarang)
Moda: Mandiri -
Konferensi
CGP dapat mempraktikkan
proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan pengujian keputusan di
sekolah asal
Made Pujangga_CGP SMAN 1 Basarang Kapuas Kalimantan Tengah Angkatan 1 Tahun 2020
Fasilitator
: Rini Nuraeni, M.Si
Pendamping
: Aristanika, S.Psi
Link
artikel :
1. Latar belakang
yang dihadapi oleh Calon Guru Penggerak
Pendidikan
itu merupakan suatu tuntutan di dalam hidup tumbuh kembangnya anak anak. Dimana
Peran Pendidikan terutana seorang Pendidik harus menuntun anak sesuai kodrat
yang dia miliki. Anak anak adalah manusia biasa yang mempunyai kepribadian,
karakter, kemampuan , kekuatan, kreativitas yang berbeda beda sesuai dengan
kodrat yang dimilikinya, sehingga kita sebagai pendidik tidak mempunyai hak
untuk mengharapkan yang lebih dari kodrat mereka namun kita mampu menuntun
tumbuh kembangnya mereka serta memperbaiki tingkah lakunya jika berjalan
dijalan yang tidak benar. Seperti Seorang petani yang menanam padi, petani
hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, memperbaiki kondisi tanah, memelihara
tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat ulat atau jamur yang mengganggu
hidup tanaman padi dan lain sebagainya, tetapi ia tidak dapat menggantikan
kodrat padinya. Misalnya ia tak dapat menggantikan padi yang ditanamnya itu
tumbuh sebagai jagung, dan tak dapat memelihara padi dengan cara memelihara
jagung ataupun rambutan. Demikianlah Pendidikan, Walaupun pendidik hanya mampu
untuk menuntun akan tetapi manfaatnya sangat berguna kelak dimasa depan yang
akan datang.
Kita semua percaya bahwa tujuan penting sekolah
adalah pembentukan karakter. Itu mengapa banyak program sekolah yang bertujuan
untuk menumbuhkan karakter murid. Misalnya saja dulu pernah ada program kantin
kejujuran dengan tujuan menumbuhkan karakter jujur pada murid atau program yang
banyak dicanangkan saat ini adalah program literasi untuk menumbuhkan karakter
kritis pada murid. Ketika kita berbicara sekolah sebagai institusi pembentukan
karakter. Mari kita ingat kembali makna pendidikan sendiri dari Bapak
Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara:“Adapun maksud pendidikan yaitu: menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia
dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya” (dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara seri 1
pendidikan halaman 20).Dari kutipan tersebut mengisyaratkan kita sebagai guru
perlu membangun komunitas di sekolah untuk menyiapkan murid di masa depan agar
menjadi manusia berdaya tidak hanya untuk pribadi tapi berdampak pada
masyarakat. Pertanyaannya sekarang adalah karakter seperti apa yang bisa
menyiapkan murid menjadi manusia dan anggota masyarakat untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan seperti tujuan pendidikan sendiri. Jika kita
mengacu pada dasar negara kita yaitu, Pancasila, ada beberapa karakter yang
dapat kita contoh, antara lain: Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan YME dan
Berakhlak Mulia, Kreatif, Gotong Royong, Berkebhinekaan Global, Bernalar Kritis
dan Mandiri.
Dari pengalaman kita bekerja pada institusi pendidikan, kita telah
mengetahui bahwa dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu
ke waktu.Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai
kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang,
kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan
penghargaan akan hidup.Sekolah adalah ‘institusi moral’, yang dirancang
untuk mengajarkan norma-norma sosial, dimana para pemimpin di sekolah akan
menghadapi situasi pengambilan keputusan yang banyak mengandung dilema secara
etika, dan berkonflik antara nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama
benar. Keputusan-keputusan yang diambil di sekolah akan merefleksikan
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan akan menjadi
rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah.Penting bagi pendidik untuk
menyadari bahwa kita adalah teladan bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar
Pancasila; kita juga seyogyanya selalu mengacu pada kompetensi guru dalam
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang
terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:
1.
Individu lawan
masyarakat (individual vs community)
2.
Rasa keadilan
lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3.
Kebenaran lawan
kesetiaan (truth vs loyalty)
4.
Jangka pendek
lawan jangka panjang (short term vs long term)
Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada
kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada
prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling
sering dikenali dan digunakan. Dalam seminar-seminar, ketiga prinsip ini yang
seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh
tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144).
Ketiga prinsip tersebut adalah:
1.
Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
2.
Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
3.
Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
9 langkah Pengambilan Keputusan
Di bawah ini adalah 9 langkah yang telah disusun secara
berurutan untuk memandu Anda dalam mengambil keputusan dalam situasi dilema
etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan.
Langkah 1.
Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling
bertentangan dalam situasi ini.
Ada 2 alasan mengapa langkah ini adalah
langkah yang penting dalam pengujian keputusan. Alasan yang pertama, langkah
ini mengharuskan kita untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diperhatikan,
alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama.
Alasan yang kedua adalah karena langkah ini akan membuat kita menyaring masalah
yang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan
dengan sopan santun dan norma sosial. Untuk mengenali hal ini bukanlah hal yang
mudah. Kalau kita terlalu berlebihan dalam menerapkan langkah ini, dapat
membuat kita menjadi orang yang terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita
akan mempermasalahkan setiap kesalahan yang paling kecil pun. Sebaliknya bila
kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali
aspek-aspek permasalahan etika lagi.
Langkah 2.
Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi
ini.
Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah
moral di situasi tertentu. Pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Hal yang
seharusnya membedakan bukanlah pertanyaan apakah ini dilema saya atau bukan.
Karena dalam hubungannya dengan permasalahan moral, kita semua seharusnya
merasa terpanggil.
Langkah 3
Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan
situasi ini.
Pengambilan keputusan yang baik membutuhkan
data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi
tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa
berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data tersebut
penting untuk kita ketahui karena dilema etika tidak menyangkut hal-hal yang
bersifat teori, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang nyata di
mana data yang mendetail akan bisa menggambarkan alasan seseorang melakukan
sesuatu dan kepribadian seseorang akan tercermin dalam situasi tersebut. Hal
yang juga penting di sini adalah analisis terhadap hal-hal apa saja yang
potensial akan terjadi di waktu yang akan datang.
Langkah 4
Pengujian benar atau salah
o
Uji Legal
Pertanyaan yang harus diajukan disini adalah
apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya
adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun
antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi
hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral.
o
Uji Regulasi/Standar Profesional
Bila dilema etika tidak memiliki aspek
pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode
etik. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber
beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli
potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum
karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek
sehubungan dengan profesi Anda.
Langkah 5
Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma
mana yang terjadi di situasi ini?
1.
Individu lawan masyarakat (individual vs community)
2.
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3.
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4.
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Apa pentingnya mengidentifikasi
paradigma, ini bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman
pada fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua
nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.
Langkah 6
Melakukan Prinsip Resolusi
Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang
akan dipakai?
o
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
o
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
o
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Langkah 7
o
Investigasi Opsi Trilema
o
Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk
berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang
kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah
kebingungan menyelesaikan masalah
Langkah 8
o
Buat Keputusan
o
Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat
keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.
Langkah 9
o
Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
o
Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan
keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus
selanjutnya.
Beberapa tahun belakangan, Pendidikan Karakter
menjadi fokus sejumlah sekolah. Bahkan, ada sekolah yang memfokuskan diri
sebagai “sekolah karakter” dan mengedepankan pendidikan karakter ketimbang
hanya fokus pada pendidikan akademis. Pembentukan karakter membutuhkan proses
yang lama dan panjang serta butuh konsistensi dari orang-orang sekitar.
Pendidikan karakter pun dinilai paling efektif bila dipupuk pada anak sejak
dini .Lingkungan sekolah, sebagai salah satu lembaga yang punya kepentingan
dalam pembentukan karakter anak, perlu membangun budaya positif.Budaya positif
sekolah ini berisi kebiasaan yang disepakati bersama untuk dijalankan dalam
waktu yang lama. Jika kebiasaan positif ini sudah membudaya, maka nilai-nilai
karakter terintegrasi dengan nilai nilai moral maka akan terbentuk pada diri
anak prinsip dan paradigma pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Oleh karena itu, SMAN 1 Basarang sebagai salah satu SMA Negeri di kabupaten
Kapuas yang terletak di Jalan Trans Kalimantan KM 11 Desa Basarang Jaya kecamatan
Basarang Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah memiliki komitmen tinggi
terkait sekolah sebagai
institusi moral oleh karenanya hal ini menjadi
salah satu alasan Kami melakukan aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan
“ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan 9 Langkah
Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang).
Deskripsi nyata yang dilakukan
dan alasan melakukan aksi tersebut.
Berdasarkan
rancangan aksi nyata, deskripsi nyata yang dilakukan dan alasan melakukan aksi
tersebut sebagai berikut :
Linimasa
tindakan yang akan dilakukan
Perencanaan
Mensosialisasikan
program aksi nyata Modul 3.1 Pengambilan
Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP &
BERPARADIGMA ” melalui Penerapan 9 Langkah Pengambilan Keputusan atas
Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang)
Menyampaikan
hal-hal yang harus disiapkan kepada teman sejawat
Pelaksanaan
Mulai
program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan
Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP &
BERPARADIGMA ” melalui Penerapan 9 Langkah Pengambilan Keputusan atas
Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang)
Kegiatan
Akhir
Mengevaluasi
kegiatan yang telah dilaksanakan apakah sudah mencapai tujuan atau belum
Memperbaiki
kekurangan yang terdapat pada kegiatan yang telah dilaksanakan
2.
Hasil dari aksi nyata yang dilakukan
·
Tampak mengadakan rapat dewan guru dan
kepala sekolah untuk Mensosialisasikan program aksi nyata Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin
Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui
Penerapan 9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan
Moral di SMAN 1 Basarang)
·
Tampak tersampaikannya hal-hal yang
harus disiapkan kepada teman sejawat
·
Tampak mulai program aksi nyata terkait program
aksi nyata Modul 3.1 Pengambilan Keputusan
Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP &
BERPARADIGMA ” melalui Penerapan 9 Langkah Pengambilan Keputusan atas
Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang)
·
Tampak testimoni dari pemangku
kepentingan seperti WAKA Kurikulum, WAKA Kesiswaan, Peserta didik pada umumnya merespon
positif tentang program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan
Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP &
BERPARADIGMA ” melalui Penerapan 9 Langkah Pengambilan Keputusan atas
Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang)
·
Kegiatan sudah berjalan dengan baik dan
direspon positif
·
Kegiatan yang dilakukan masih ada
kekurangan maka evaluasi dan program tindak lanjut kedepan telah kami lakukan
melalui kolaborasi dan komunikasi.
3.
Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan
(kegagalan dan keberhasilan)
·
Program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin
Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui
Penerapan 9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan
Moral di SMAN 1 Basarang)dapat terpenuhi, output dari kegiatan diutamakan pada terealisasinya penumbuhan
karakter dan terlahirnya insan pendidikan SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA
sebagai salah satu implementasi nyata profil pelajar pancasila dalam di SMAN 1
Basarang.
·
Kegiatan
yang dilakukan masih ada kekurangan maka evaluasi dan program tindak lanjut
kedepan telah kami lakukan melalui kolaborasi dan komunikasi.
4.
Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa
mendatang
·
Dalam
Mengimplementasikan program aksi nyata
terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan
Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP &
BERPARADIGMA ” melalui Penerapan 9 Langkah Pengambilan Keputusan atas
Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang), penulis sebagai CGP
melakukan rencana perbaikan dimasa mendatang dengan melakukan beberapa hal
sebagai berikut:
·
Program
aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan
Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP &
BERPARADIGMA ” melalui Penerapan 9 Langkah Pengambilan Keputusan atas
Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang) yang telah berjalan agar
senantiasa ditingkatkan dan dievaluasi agar hasil yang diperoleh juga
meningkat, mengingat betapa pentingnya program aksi nyata Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin
Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui
Penerapan 9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan
Moral di SMAN 1 Basarang).
·
Untuk
program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan
Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP &
BERPARADIGMA ” melalui Penerapan 9 Langkah Pengambilan Keputusan atas
Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang)
sebaiknya
tidak hanya dilaksanakan oleh guru tertentu saja.namun hendaknya seluruh stake
holder sekolah.
·
Siswa
akan lebih bermoral nyata jika program aksi nyata Modul
3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “
SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui Penerapan 9 Langkah
Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang)benar-
benar terimplementasi secara tulus dan berpihak pada murid.
5.
Dokumentasi Proses Pelaksanaan Aksi Nyata
NO |
DOKUMENTASI |
KETERANGAN |
1 |
|
PENJELASAN
TENTANG RANCANGAN PROGRAM AKSI OLEH CGP aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin
Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui
Penerapan 9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan
Moral di SMAN 1 Basarang). |
2 |
|
Sambutan IBU FUYI YANTI PIMAE, M.Pd Kepala SMAN 1 Basarang
terkait program aksi
nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan
Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP &
BERPARADIGMA ” melalui Penerapan 9 Langkah Pengambilan Keputusan atas
Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang) |
3 |
|
Penjelasan oleh CGP Basarang terkait program aksi nyata
terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan
Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP &
BERPARADIGMA ” melalui Penerapan 9 Langkah Pengambilan Keputusan atas
Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang). |
4 |
|
Sosialisasi program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin
Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP & BERPARADIGMA ” melalui
Penerapan 9 Langkah Pengambilan Keputusan atas Dilema Etika dan Bujukan
Moral di SMAN 1 Basarang) kepada
peserta didik di kelas oleh Bapak Made Pujangga, S.Pd selaku CGP |
5 |
|
Tampak
mulai program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan
Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP &
BERPARADIGMA ” melalui Penerapan 9 Langkah Pengambilan Keputusan atas
Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang) : Rapat penentuan
kelulusan kelas XII SMAN 1 Basarang TP 2020/2021 |
7 |
|
Tampak
mulai program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan
Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP &
BERPARADIGMA ” melalui Penerapan 9 Langkah Pengambilan Keputusan atas
Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang): Rapat koordinasi dengan
komite sekolah terkait Transparansi SPJ BPP dan Program kerja SMAN 1 Basarang
TP 2020/2021 |
8 |
|
Tampak
mulai program aksi nyata terkait Modul 3.1 Pengambilan
Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP &
BERPARADIGMA ” melalui Penerapan 9 Langkah Pengambilan Keputusan atas
Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang): Sosialiasi Penggunaan
Dana BOS SMAN 1 Basarang TP 2020/2021 |
9 |
|
Testimoni dari dewan guru terkait program aksi nyata
terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan
Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP &
BERPARADIGMA ” melalui Penerapan 9 Langkah Pengambilan Keputusan atas
Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang). |
10 |
|
Testimoni dari peserta didik terkait program aksi nyata
terkait Modul 3.1 Pengambilan Keputusan
Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Mewujudkan “ SMABAS BERPRINSIP &
BERPARADIGMA ” melalui Penerapan 9 Langkah Pengambilan Keputusan atas
Dilema Etika dan Bujukan Moral di SMAN 1 Basarang). |
sangat bermanfaat, terima kasih
BalasHapusTerima kasih telah berbagi, sangat menginspirasi
BalasHapusSangat bermanfaat dan menginspirasi, semoga bisa menjadi referensi guru guru dalam mewujudkan sekolah yang BERPRINSIP & BERPARADIGMA
BalasHapus