Rabu, 26 Mei 2021

3.2.a.10. Aksi Nyata - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang )

 3.2.a.10. Aksi Nyata - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang )

Moda : Mandiri

Tujuan Pembelajaran Khusus:  CGP mempraktikkan pengetahuan dan keterampilannya tentang pengelolaan sumber daya yang memanfaatkan pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset.

Made Pujangga_CGP SMAN 1 Basarang Kapuas Kalimantan Tengah Angkatan 1 Tahun 2020

Fasilitator : Rini Nuraeni, M.Si

Pendamping : Aristanika, S.Psi



1.      Latar belakang yang dihadapi oleh Calon Guru Penggerak

Pendidikan itu merupakan suatu tuntutan di dalam hidup tumbuh kembangnya anak anak. Dimana Peran Pendidikan terutana seorang Pendidik harus menuntun anak sesuai kodrat yang dia miliki. Anak anak adalah manusia biasa yang mempunyai kepribadian, karakter, kemampuan , kekuatan, kreativitas yang berbeda beda sesuai dengan kodrat yang dimilikinya, sehingga kita sebagai pendidik tidak mempunyai hak untuk mengharapkan yang lebih dari kodrat mereka namun kita mampu menuntun tumbuh kembangnya mereka serta memperbaiki tingkah lakunya jika berjalan dijalan yang tidak benar. Seperti Seorang petani yang menanam padi, petani hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat ulat atau jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya, tetapi ia tidak dapat menggantikan kodrat padinya. Misalnya ia tak dapat menggantikan padi yang ditanamnya itu tumbuh sebagai jagung, dan tak dapat memelihara padi dengan cara memelihara jagung ataupun rambutan. Demikianlah Pendidikan, Walaupun pendidik hanya mampu untuk menuntun akan tetapi manfaatnya sangat berguna kelak dimasa depan yang akan datang.

Kita semua percaya bahwa tujuan penting sekolah adalah mengoptimalkan potensi sumber daya sekolahnya yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran murid.Mari kita ingat kembali makna pendidikan sendiri dari Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara:“Adapun maksud pendidikan yaitu: menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya” (dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara seri 1 pendidikan halaman 20).Dari kutipan tersebut mengisyaratkan kita sebagai guru perlu membangun komunitas di sekolah untuk menyiapkan murid di masa depan agar menjadi manusia berdaya tidak hanya untuk pribadi tapi berdampak pada masyarakat. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana upaya memfokuskan pada kekuatan aset yang kita miliki dengan kualitas pembelajaran murid-murid kita.

Eksosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu.Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:

·         Murid

·         Kepala Sekolah

·         Guru

·         Staf/Tenaga Kependidikan

·         Pengawas Sekolah

·         Orang Tua

·         Masyarakat sekitar sekolah

 Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah:

·         Keuangan

·         Sarana dan prasarana

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking)  akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.  Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif.  Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih.  Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

Pendekatan  berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri.  Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Berbasis pada kekurangan/masalah/hambatan

Berbasis pada aset

Fokus pada masalah dan isu

Fokus pada aset dan kekuatan

Berkutat pada masalah utama

Membayangkan masa depan

Mengidentifikasi kebutuhan dan kekurangan – selalu bertanya apa yang kurang?

Berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut.

Fokus mencari bantuan dari sponsor atau institusi lain

Mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan)

Merancang program atau proyek untuk menyelesaikan masalah

Merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan

Mengatur kelompok yang dapat melaksanakan proyek

Melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan

(Green & Haines, 2010)

Asset-Based Community Development (ABCD) yang selanjutnya akan kita sebut dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana keduanya adalah pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University. ABCD dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010).  

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) muncul sebagai kritik terhadap pendekatan konvensional atau tradisional yang menekankan pada masalah, kebutuhan, dan kekurangan yang ada pada suatu komunitas. Pendekatan tradisional tersebut menempatkan komunitas sebagai penerima bantuan, dengan demikian dapat menyebabkan anggota komunitas menjadi tidak berdaya, pasif, dan selalu merasa bergantung dengan pihak lain.

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada nilai, prinsip dan cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai sekedar penerima bantuan. Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang penting ini menurut Kretzman (2010) adalah jalan untuk menciptakan warga yang produktif.

 Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset  menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset  berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas.  Selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development. Di dalam buku ‘Participant Manual of Mobilizing Assets for Community-driven Development’ (Cunningham, 2012) menuliskan perbedaannya dengan pendekatan yang dibantu oleh pihak luar.  Penjelasan yang ada sebetulnya ditujukan untuk pengembangan masyarakat, namun tetap bisa kita implementasikan pada lingkungan sekolah karena sebetulnya adalah miniatur sebuah tatanan masyarakat di suatu daerah.

1.      Perubahan masyarakat yang signifikan karena warga lokal dalam masyarakat tersebut yang mengupayakan perubahan. Apabila kita aplikasikan ke lingkungan sekolah dan seluruh warga sekolah berupaya melakukan perubahan maka perubahan tersebut pasti akan terjadi.

2.      Warga masyarakat akan bertanggung jawab pada yang sudah mereka mulai.  Dengan demikian setiap warga sekolah akan bertanggung jawab atas apa yang sudah dimulai.

3.      Membangun dan membina hubungan merupakan inti dari membangun masyarakat inklusif yang sehat.  Membangun dan membina hubungan antar warga sekolah, seperti hubungan guru-guru, guru – kepala sekolah, guru – murid – guru, guru – staf sekolah – guru, staf sekolah – murid – staf sekolah, ataupun kepala sekolah – murid – kepala sekolah menjadi sangat penting untuk membangun sekolah yang sehat dan inklusif.

4.      Masyarakat tidak pernah dibangun dengan berfokus terus pada kekurangan, kebutuhan dan masalah. Masyarakat merespons secara kreatif ketika fokus pembangunan pada sumber daya- sumber yang tersedia, kapasitas yang dimiliki, kekuatan dan aspirasi yang ada.  Sekolah harus dibangun dengan melihat pada kekuatan, potensi, dan tantangan, kita harus bisa fokus pada pembangunan sumber daya yang tersedia, kapasitas yang kita miliki, serta kekuatan dan aspirasi yang sudah ada.

5.      Kekuatan sekolah berbanding lurus dengan tingkat keberagaman keinginan unsur sekolah yang ada, dan pada tingkat kemampuan mereka untuk menyumbangkan kemampuan yang ada pada mereka dan aset yang ada untuk sekolah yang lebih baik. 

6.      Dalam setiap unsur sekolah, pasti ada sesuatu yang berhasil. Dari pada menanyakan “ada masalah apa?” dan “bagaimana memperbaikinya?”, lebih baik bertanya “apa yang telah berhasil dilakukan?” dan “bagaimana mengupayakan lebih banyak hasil lagi?” Cara bertanya ini mendorong energi dan kreativitas. 

7.      Menciptakan perubahan yang positif mulai dari sebuah perbincangan sederhana. Hal ini merupakan cara bagaimana manusia selalu berpikir bersama dan mencetuskan/memulai suatu tindakan. 

8.      Suasana yang menyenangkan harus merupakan salah satu prioritas tinggi dalam setiap upaya membangun sekolah. 

9.      Faktor utama dalam perubahan yang berkelanjutan adalah kepemimpinan lokal dan pengembangan dan pembaharuan kepemimpinan itu secara terus menerus. 

10.  Titik awal perubahan selalu pada perubahan pola pikir (mindset) dan sikap yang positif. 

Aset – aset dalam sebuah komunitas

Dalam mengatasi tantangan pada pendekatan tradisional yang digunakan untuk mengatasi permasalahan perkotaan, di mana penyedia jasa dan lembaga donor lebih menekankan pada kebutuhan dan kekurangan yang terdapat pada komunitas, Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset yang dimiliki oleh komunitas adalah kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada komunitas perkotaan dan pedesaan.

Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:

1.    Modal Manusia

·         Sumber daya manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan harga diri seseorang.

·         Pemetaan modal atau aset individu merupakan kegiatan menginventaris pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap warganya dalam sebuah komunitas, atau dengan kata lain, inventarisasi perorangan dapat dikelompokkan berdasarkan sesuatu yang berhubungan dengan hati, tangan, dan kepala.

·         Pendekatan lain mengelompokkan aset atau modal ini dengan melihat kecakapan seseorang yang berhubungan dengan kemasyarakatan, contohnya kecakapan memimpin sekelompok orang, dan kecakapan seseorang berkomunikasi dengan berbagai kelompok.  Kecakapan yang berhubungan dengan kewirausahaan, contohnya kecakapan dalam mengelola usaha, pemasaran, yang negosiasi.  Kecakapan yang berhubungan dengan seni dan budaya, contohnya kerajinan tangan, menari, bermain teater, dan bermain musik.

 2.    Modal Sosial

·         Norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan jaringan (networking) antara unsur yang ada di dalam komunitas/masyarakat.

·         Investasi yang berdampak pada bagaimana manusia, kelompok, dan organisasi dalam komunitas berdampingan, contohnya kepemimpinan, bekerjasama, saling percaya, dan punya rasa memiliki masa depan yang sama.

·         Contoh-contoh yang termasuk dalam modal sosial antara lain adalah asosiasi. Asosiasi adalah suatu kelompok yang ada di dalam komunitas masyarakat yang terdiri atas  dua orang atau lebih yang bekerja bersama dengan suatu tujuan yang sama dan saling berbagi untuk suatu tujuan yang sama. Asosiasi terdiri atas kegiatan yang bersifat formal maupun nonformal. Beberapa contoh tipe asosiasi adalah berdasarkan keyakinan, kesamaan profesi, kesamaan hobi, dan sebagainya. Terdapat beberapa macam bentuk modal sosial, yaitu fisik (lembaga), misalnya asosiasi dan institusi. Institusi adalah suatu lembaga yang mempunyai struktur organisasi yang jelas dan biasanya sebagai salah satu faktor utama dalam proses pengembangan komunitas masyarakat.

 3.    Modal Fisik

Terdiri atas dua kelompok utama, yaitu:

·         Bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan proses pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan.

·         Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air, mesin, jalan, jalur komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat transportasi, dan lain-lain.

 4.   Modal Lingkungan/alam

·         Bisa berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup.  Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara yang bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.

·         Tanah untuk berkebun, danau atau empang untuk berternak, semua hasil dari pohon seperti kayu, buah, bambu, atau material bangunan yang bisa digunakan kembali untuk menenun, dan sebagainya.

 5.    Modal Finansial

·         Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas.

·         Modal finansial termasuk tabungan, hutan, investasi, pengurangan dan pendapatan pajak, hibah, gaji, serta sumber pendapatan internal dan eksternal.

·         Modal finansial juga termasuk pengetahuan tentang bagaimana menanam dan menjual sayur di pasar, bagaimana menghasilkan uang dan membuat produk-produk yang bisa dijual, bagaimana menjalankan usaha kecil, bagaimana memperbaiki cara penjualan menjadi lebih baik, dan juga bagaimana melakukan pembukuan.

 6.    Modal Politik

·         Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau kelompok memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam komunitas.

·         Lembaga pemerintah atau perwakilannya yang memiliki hubungan dengan komunitas, seperti komunitas sekolah, komite pelayan kesehatan, pelayanan listrik atau air.

 7.    Modal Agama dan budaya

·         Upaya pemberian bantuan empati dan perhatian, kasih sayang, dan unsur dari kebijakan praktis (dorongan utama pada kegiatan pelayanan). Termasuk juga kepercayaan, nilai, sejarah, makanan, warisan budaya, seni, dan lain-lain.

·         Kebudayaan yang unik di setiap daerah masing-masing merupakan serangkaian ide, gagasan, norma, perlakuan, serta benda yang merupakan hasil karya manusia yang hidup berkembang dalam sebuah ruang geografis.

·         Agama merupakan suatu sistem berperilaku yang mendasar, dan berfungsi untuk mengintegrasikan perilaku individu di dalam sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik.  Agama menuntut terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi juga perilaku atau amalan.

·         Identifikasi dan pemetaan modal budaya agama merupakan langkah yang sangat penting untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual kebudayaan dan keagamaan dalam suatu komunitas, termasuk kelembagaan dan tokoh-tokoh penting yang berperan langsung atau tidak langsung di dalamnya.

·         Sangat penting kita mengetahui sejauh mana keberadaan ritual keagamaan dan kebudayaan yang ada di masyarakat serta pola relasi yang tercipta di antaranya dan selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk menunjang pengembangan perencanaan dan kegiatan bersama.

 

 

Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi ekosistem sekolah, mengidentifikasi peran pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, memahami pengelolaan sumber daya yang ada di sekolahnya dengan menggunakan pendekatan Pengembangan Komunitas berbasis Aset (Asset-Based Community Development/ABCD), memahami potensi sumber daya yang dimiliki lingkungan sekolahnya, mengevaluasi hasil pemetaan potensi sumber daya sekolahnya yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran murid dan menunjukkan sikap aktif, terbuka, kritis dan kreatif dalam upaya pengelolaan sumber daya.Jika kebiasaan positif ini sudah membudaya, maka kualitas proses pembelajaran murid akan meningkat.Oleh karena itu, SMAN 1 Basarang sebagai salah satu SMA Negeri di kabupaten Kapuas yang terletak di Jalan Trans Kalimantan KM 11 Desa Basarang Jaya kecamatan Basarang Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah memiliki komitmen tinggi terkait sekolah sebagai institusi moral oleh karenanya hal ini menjadi salah satu alasan Kami melakukan aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ).

 

Deskripsi nyata yang dilakukan dan alasan melakukan aksi tersebut.

Berdasarkan rancangan aksi nyata, deskripsi nyata yang dilakukan dan alasan melakukan aksi tersebut sebagai berikut :

Linimasa tindakan yang akan dilakukan

Perencanaan

Mensosialisasikan program aksi nyata Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ).

Menyampaikan hal-hal yang harus disiapkan kepada teman sejawat

Pelaksanaan

Mulai program aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ).

Kegiatan Akhir

Mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan apakah sudah mencapai tujuan atau belum

Memperbaiki kekurangan yang terdapat pada kegiatan yang telah dilaksanakan

 

2.     Hasil dari aksi nyata yang dilakukan

·         Tampak mengadakan rapat dewan guru dan kepala sekolah untuk Mensosialisasikan program aksi nyata Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ).

·         Tampak tersampaikannya hal-hal yang harus disiapkan kepada teman sejawat

·         Tampak mulai program aksi nyata terkait program aksi nyata Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ).

·         Tampak testimoni dari pemangku kepentingan seperti WAKA Kurikulum, WAKA Kesiswaan, Peserta didik pada umumnya merespon positif tentang program aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ).

·         Kegiatan sudah berjalan dengan baik dan direspon positif

·         Kegiatan yang dilakukan masih ada kekurangan maka evaluasi dan program tindak lanjut kedepan telah kami lakukan melalui kolaborasi dan komunikasi.

3.     Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan (kegagalan dan keberhasilan)

·         Program aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ) dapat terpenuhi, output dari kegiatan  diutamakan pada terealisasinya sekolah untuk menyiapkan murid di masa depan agar menjadi manusia berdaya tidak hanya untuk pribadi tapi berdampak pada masyarakat melalui upaya memfokuskan pada kekuatan aset yang kita miliki sehingga terjadi peningkatan kualitas pembelajaran murid-murid kita di SMAN 1 Basarang.

·         Kegiatan yang dilakukan masih ada kekurangan maka evaluasi dan program tindak lanjut kedepan telah kami lakukan melalui kolaborasi dan komunikasi.

 

4.     Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang

·         Dalam Mengimplementasikan  program aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ), penulis sebagai CGP melakukan rencana perbaikan dimasa mendatang dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut:

·         Program aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ) yang telah berjalan agar senantiasa ditingkatkan dan dievaluasi agar hasil yang diperoleh juga meningkat, mengingat betapa pentingnya program aksi nyata Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ).

·         Untuk program aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang )  sebaiknya tidak hanya dilaksanakan oleh guru tertentu saja.namun hendaknya seluruh stake holder sekolah.

·         Siswa akan lebih mengenal potensi diri secara nyata jika program aksi nyata Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ) benar- benar terimplementasi secara tulus dan berpihak pada murid.

 


5.     Dokumentasi Proses Pelaksanaan Aksi Nyata


NO

DOKUMENTASI

KETERANGAN

1



PENJELASAN TENTANG RANCANGAN PROGRAM AKSI OLEH CGP aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang )

2



Sambutan IBU FUYI YANTI PIMAE, M.Pd Kepala SMAN 1 Basarang terkait program aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang )

3



Penjelasan oleh CGP Basarang terkait program aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang )

4



Sosialisasi program aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ) kepada peserta didik di kelas oleh Bapak Made Pujangga, S.Pd selaku CGP

 

5



 

 

 

 

Tampak mulai program aksi nyata terkait Modul Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang )

·         Rapat evaluasi berbasis transparansi pengelolaan program semester SMAN 1 Basarang

7









Tampak mulai program aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang )

·         Kegiatan pengelolaan perpustakaan sekolah sebagai pusat gerakan literasi sekolah SMAN 1 Basarang

8









 

 

Tampak mulai program aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang )

·         Kegiatan pengelolaan lab IPA sebagai pusat PBM sains dan lab komputer sebagai pusat PBM berbasis IT SMAN 1 Basarang

9









Tampak mulai program aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang )

·         Kegiatan pengelolaan kebun sekolah sebagai pusat prakarya sekolah SMAN 1 Basarang

10










Tampak mulai program aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang )

·         Kegiatan pengelolaan halaman depan sekolah sebagai pusat aktivitas secara umum misalnya olahraga,taman dll SMAN 1 Basarang

 

11




 

Tampak mulai program aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang )

·         Kegiatan pengelolaan alat musik tradisional sebagai pusat pelestarian seni, budaya dan kearifan lokal KALTENG SMAN 1 Basarang

 

12






Tampak mulai program aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang )

·         Kegiatan pengelolaan kewirausahaan sebagai pusat pembelajaran karakter wirausahawan murid SMAN 1 Basarang

 

13






Tampak mulai program aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang )

·         Kegiatan pengembangan sekolah model SPMI sebagai pusat sistem penjaminan mutu internal terkait implementasi standar nasional pendidikan di SMAN 1 Basarang

 

14



Testimoni dari dewan guru terkait program aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang )

15




Testimoni dari peserta didik terkait program aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang )



1 komentar: