3.2.a.10. Aksi Nyata - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang )
Moda
: Mandiri
Tujuan
Pembelajaran Khusus: CGP mempraktikkan pengetahuan dan
keterampilannya tentang pengelolaan sumber daya yang memanfaatkan pendekatan
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset.
Made
Pujangga_CGP SMAN 1 Basarang Kapuas Kalimantan Tengah Angkatan 1 Tahun 2020
Fasilitator
: Rini Nuraeni, M.Si
Pendamping
: Aristanika, S.Psi
1. Latar belakang
yang dihadapi oleh Calon Guru Penggerak
Pendidikan
itu merupakan suatu tuntutan di dalam hidup tumbuh kembangnya anak anak. Dimana
Peran Pendidikan terutana seorang Pendidik harus menuntun anak sesuai kodrat
yang dia miliki. Anak anak adalah manusia biasa yang mempunyai kepribadian,
karakter, kemampuan , kekuatan, kreativitas yang berbeda beda sesuai dengan
kodrat yang dimilikinya, sehingga kita sebagai pendidik tidak mempunyai hak
untuk mengharapkan yang lebih dari kodrat mereka namun kita mampu menuntun
tumbuh kembangnya mereka serta memperbaiki tingkah lakunya jika berjalan dijalan
yang tidak benar. Seperti Seorang petani yang menanam padi, petani hanya dapat
menuntun tumbuhnya padi, memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi,
memberi pupuk dan air, membasmi ulat ulat atau jamur yang mengganggu hidup
tanaman padi dan lain sebagainya, tetapi ia tidak dapat menggantikan kodrat
padinya. Misalnya ia tak dapat menggantikan padi yang ditanamnya itu tumbuh
sebagai jagung, dan tak dapat memelihara padi dengan cara memelihara jagung
ataupun rambutan. Demikianlah Pendidikan, Walaupun pendidik hanya mampu untuk
menuntun akan tetapi manfaatnya sangat berguna kelak dimasa depan yang akan
datang.
Kita semua percaya bahwa tujuan penting sekolah
adalah mengoptimalkan potensi sumber daya sekolahnya yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas proses pembelajaran murid.Mari
kita ingat kembali makna pendidikan sendiri dari Bapak Pendidikan kita, Ki
Hajar Dewantara:“Adapun maksud pendidikan yaitu: menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya” (dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara seri 1
pendidikan halaman 20).Dari kutipan tersebut mengisyaratkan kita sebagai guru
perlu membangun komunitas di sekolah untuk menyiapkan murid di masa depan agar
menjadi manusia berdaya tidak hanya untuk pribadi tapi berdampak pada
masyarakat. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana upaya memfokuskan pada
kekuatan aset yang kita miliki dengan kualitas pembelajaran murid-murid kita.
Eksosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup
dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan
satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan
tertentu.Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah
bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur
yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya
sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem
sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan
keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam
ekosistem sekolah di antaranya adalah:
·
Murid
·
Kepala Sekolah
·
Guru
·
Staf/Tenaga Kependidikan
·
Pengawas Sekolah
·
Orang Tua
·
Masyarakat sekitar sekolah
Selain
faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga
berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya
adalah:
·
Keuangan
·
Sarana dan prasarana
Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based
Thinking) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu,
apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan
dilihat dengan cara pandang negatif. Kita harus bisa mengatasi semua
kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin
diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang
terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan
kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.
Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah
sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi
yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri.
Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang
positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir,
kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi
inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
Perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan
pendekatan berbasis aset dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Berbasis pada kekurangan/masalah/hambatan |
Berbasis pada aset |
Fokus pada masalah
dan isu |
Fokus pada aset dan
kekuatan |
Berkutat pada
masalah utama |
Membayangkan masa
depan |
Mengidentifikasi
kebutuhan dan kekurangan – selalu bertanya apa yang kurang? |
Berpikir tentang
kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut. |
Fokus mencari
bantuan dari sponsor atau institusi lain |
Mengorganisasikan
kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan) |
Merancang program
atau proyek untuk menyelesaikan masalah |
Merancang sebuah
rencana berdasarkan visi dan kekuatan |
Mengatur kelompok
yang dapat melaksanakan proyek |
Melaksanakan rencana
aksi yang sudah diprogramkan |
(Green & Haines, 2010)
Asset-Based Community
Development (ABCD) yang selanjutnya akan kita sebut dengan Pengembangan
Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang dikembangkan
oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana keduanya adalah pendiri dari
ABCD Institute di Northwestern University. ABCD dibangun dari kemampuan,
pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas,
kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk
menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman,
2010).
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) muncul
sebagai kritik terhadap pendekatan konvensional atau tradisional yang
menekankan pada masalah, kebutuhan, dan kekurangan yang ada pada suatu
komunitas. Pendekatan tradisional tersebut menempatkan komunitas sebagai
penerima bantuan, dengan demikian dapat menyebabkan anggota komunitas menjadi
tidak berdaya, pasif, dan selalu merasa bergantung dengan pihak lain.
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA)
menekankan pada nilai, prinsip dan cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini
memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan
potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat
komunitas sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai
sekedar penerima bantuan. Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas
untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan
dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang
penting ini menurut Kretzman (2010) adalah jalan untuk menciptakan warga yang
produktif.
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset
menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan
tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di
dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih
berkelanjutan.
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus
pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama
ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang
dihadapi. Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak
yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven
development. Di dalam buku ‘Participant Manual of Mobilizing Assets for
Community-driven Development’ (Cunningham, 2012) menuliskan perbedaannya
dengan pendekatan yang dibantu oleh pihak luar. Penjelasan yang ada
sebetulnya ditujukan untuk pengembangan masyarakat, namun tetap bisa kita
implementasikan pada lingkungan sekolah karena sebetulnya adalah miniatur
sebuah tatanan masyarakat di suatu daerah.
1.
Perubahan masyarakat yang signifikan karena warga lokal dalam
masyarakat tersebut yang mengupayakan perubahan. Apabila kita aplikasikan ke
lingkungan sekolah dan seluruh warga sekolah berupaya melakukan perubahan maka
perubahan tersebut pasti akan terjadi.
2.
Warga masyarakat akan bertanggung jawab pada yang sudah mereka
mulai. Dengan demikian setiap warga sekolah akan bertanggung jawab
atas apa yang sudah dimulai.
3.
Membangun dan membina hubungan merupakan inti dari membangun
masyarakat inklusif yang sehat. Membangun dan membina hubungan antar
warga sekolah, seperti hubungan guru-guru, guru – kepala sekolah, guru – murid
– guru, guru – staf sekolah – guru, staf sekolah – murid – staf sekolah,
ataupun kepala sekolah – murid – kepala sekolah menjadi sangat penting untuk
membangun sekolah yang sehat dan inklusif.
4.
Masyarakat tidak pernah dibangun dengan berfokus terus pada
kekurangan, kebutuhan dan masalah. Masyarakat merespons secara kreatif ketika
fokus pembangunan pada sumber daya- sumber yang tersedia, kapasitas yang
dimiliki, kekuatan dan aspirasi yang ada. Sekolah harus dibangun
dengan melihat pada kekuatan, potensi, dan tantangan, kita harus bisa fokus
pada pembangunan sumber daya yang tersedia, kapasitas yang kita miliki, serta
kekuatan dan aspirasi yang sudah ada.
5.
Kekuatan sekolah berbanding lurus dengan tingkat keberagaman
keinginan unsur sekolah yang ada, dan pada tingkat kemampuan mereka untuk
menyumbangkan kemampuan yang ada pada mereka dan aset yang ada untuk sekolah
yang lebih baik.
6.
Dalam setiap unsur sekolah, pasti ada sesuatu yang berhasil.
Dari pada menanyakan “ada masalah apa?” dan “bagaimana memperbaikinya?”, lebih
baik bertanya “apa yang telah berhasil dilakukan?” dan “bagaimana mengupayakan
lebih banyak hasil lagi?” Cara bertanya ini mendorong energi dan
kreativitas.
7.
Menciptakan perubahan yang positif mulai dari sebuah
perbincangan sederhana. Hal ini merupakan cara bagaimana manusia selalu
berpikir bersama dan mencetuskan/memulai suatu tindakan.
8.
Suasana yang menyenangkan harus merupakan salah satu prioritas
tinggi dalam setiap upaya membangun sekolah.
9.
Faktor utama dalam perubahan yang berkelanjutan adalah
kepemimpinan lokal dan pengembangan dan pembaharuan kepemimpinan itu secara
terus menerus.
10. Titik awal perubahan
selalu pada perubahan pola pikir (mindset) dan sikap yang positif.
Aset – aset dalam sebuah komunitas
Dalam mengatasi tantangan pada pendekatan tradisional yang
digunakan untuk mengatasi permasalahan perkotaan, di mana penyedia jasa dan
lembaga donor lebih menekankan pada kebutuhan dan kekurangan yang terdapat pada
komunitas, Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset yang dimiliki oleh
komunitas adalah kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada komunitas perkotaan
dan pedesaan.
Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset building and
community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut
sebagai modal utama, yaitu:
1. Modal Manusia
·
Sumber daya manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya
manusia menjadi sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan,
kesejahteraan, dan harga diri seseorang.
·
Pemetaan modal atau aset individu merupakan kegiatan
menginventaris pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap
warganya dalam sebuah komunitas, atau dengan kata lain, inventarisasi
perorangan dapat dikelompokkan berdasarkan sesuatu yang berhubungan dengan
hati, tangan, dan kepala.
·
Pendekatan lain mengelompokkan aset atau modal ini dengan
melihat kecakapan seseorang yang berhubungan dengan kemasyarakatan, contohnya
kecakapan memimpin sekelompok orang, dan kecakapan seseorang berkomunikasi
dengan berbagai kelompok. Kecakapan yang berhubungan dengan
kewirausahaan, contohnya kecakapan dalam mengelola usaha, pemasaran, yang
negosiasi. Kecakapan yang berhubungan dengan seni dan budaya, contohnya
kerajinan tangan, menari, bermain teater, dan bermain musik.
2. Modal Sosial
·
Norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada di
dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan
jaringan (networking) antara unsur yang ada di dalam komunitas/masyarakat.
·
Investasi yang berdampak pada bagaimana manusia, kelompok, dan
organisasi dalam komunitas berdampingan, contohnya kepemimpinan, bekerjasama,
saling percaya, dan punya rasa memiliki masa depan yang sama.
·
Contoh-contoh yang termasuk dalam modal sosial antara lain
adalah asosiasi. Asosiasi adalah suatu kelompok yang ada di dalam komunitas
masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih yang bekerja bersama
dengan suatu tujuan yang sama dan saling berbagi untuk suatu tujuan yang sama.
Asosiasi terdiri atas kegiatan yang bersifat formal maupun nonformal. Beberapa
contoh tipe asosiasi adalah berdasarkan keyakinan, kesamaan profesi, kesamaan
hobi, dan sebagainya. Terdapat beberapa macam bentuk modal sosial, yaitu fisik
(lembaga), misalnya asosiasi dan institusi. Institusi adalah suatu lembaga yang
mempunyai struktur organisasi yang jelas dan biasanya sebagai salah satu faktor
utama dalam proses pengembangan komunitas masyarakat.
3. Modal Fisik
Terdiri atas dua kelompok utama, yaitu:
·
Bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan
proses pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan.
·
Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari saluran
pembuangan, sistem air, mesin, jalan, jalur komunikasi, sarana pendukung
pembelajaran, alat transportasi, dan lain-lain.
4. Modal Lingkungan/alam
·
Bisa berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai
ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan
hidup. Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara yang bersih, laut,
taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.
·
Tanah untuk berkebun, danau atau empang untuk berternak, semua
hasil dari pohon seperti kayu, buah, bambu, atau material bangunan yang bisa
digunakan kembali untuk menenun, dan sebagainya.
5. Modal Finansial
·
Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat
digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas.
·
Modal finansial termasuk tabungan, hutan, investasi, pengurangan
dan pendapatan pajak, hibah, gaji, serta sumber pendapatan internal dan
eksternal.
·
Modal finansial juga termasuk pengetahuan tentang bagaimana
menanam dan menjual sayur di pasar, bagaimana menghasilkan uang dan membuat
produk-produk yang bisa dijual, bagaimana menjalankan usaha kecil, bagaimana
memperbaiki cara penjualan menjadi lebih baik, dan juga bagaimana melakukan
pembukuan.
6. Modal Politik
·
Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan
atau kelompok memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta
memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam komunitas.
·
Lembaga pemerintah atau perwakilannya yang memiliki hubungan
dengan komunitas, seperti komunitas sekolah, komite pelayan kesehatan,
pelayanan listrik atau air.
7. Modal Agama dan budaya
·
Upaya pemberian bantuan empati dan perhatian, kasih sayang, dan
unsur dari kebijakan praktis (dorongan utama pada kegiatan pelayanan). Termasuk
juga kepercayaan, nilai, sejarah, makanan, warisan budaya, seni, dan lain-lain.
·
Kebudayaan yang unik di setiap daerah masing-masing merupakan
serangkaian ide, gagasan, norma, perlakuan, serta benda yang merupakan hasil
karya manusia yang hidup berkembang dalam sebuah ruang geografis.
·
Agama merupakan suatu sistem berperilaku yang mendasar, dan
berfungsi untuk mengintegrasikan perilaku individu di dalam sebuah komunitas,
baik perilaku lahiriah maupun simbolik. Agama menuntut terbentuknya moral
sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi juga perilaku atau amalan.
·
Identifikasi dan pemetaan modal budaya agama merupakan langkah
yang sangat penting untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual kebudayaan dan
keagamaan dalam suatu komunitas, termasuk kelembagaan dan tokoh-tokoh penting
yang berperan langsung atau tidak langsung di dalamnya.
·
Sangat penting kita mengetahui sejauh mana keberadaan ritual
keagamaan dan kebudayaan yang ada di masyarakat serta pola relasi yang tercipta
di antaranya dan selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk menunjang
pengembangan perencanaan dan kegiatan bersama.
Mengidentifikasi
faktor-faktor yang memengaruhi ekosistem sekolah, mengidentifikasi peran
pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, memahami pengelolaan sumber daya yang
ada di sekolahnya dengan menggunakan pendekatan Pengembangan Komunitas berbasis
Aset (Asset-Based Community Development/ABCD), memahami potensi sumber
daya yang dimiliki lingkungan sekolahnya, mengevaluasi hasil pemetaan potensi
sumber daya sekolahnya yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas
proses pembelajaran murid dan menunjukkan sikap aktif, terbuka, kritis dan
kreatif dalam upaya pengelolaan sumber daya.Jika
kebiasaan positif ini sudah membudaya, maka kualitas proses pembelajaran murid akan
meningkat.Oleh karena itu, SMAN 1 Basarang sebagai salah satu
SMA Negeri di kabupaten Kapuas yang terletak di Jalan Trans Kalimantan KM 11
Desa Basarang Jaya kecamatan Basarang Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan
Tengah memiliki komitmen tinggi terkait sekolah
sebagai institusi moral oleh karenanya hal ini menjadi
salah satu alasan Kami melakukan aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin
dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan
Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang
dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ).
Deskripsi nyata yang dilakukan
dan alasan melakukan aksi tersebut.
Berdasarkan
rancangan aksi nyata, deskripsi nyata yang dilakukan dan alasan melakukan aksi
tersebut sebagai berikut :
Linimasa
tindakan yang akan dilakukan
Perencanaan
Mensosialisasikan
program aksi nyata Modul
3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber
daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ).
Menyampaikan
hal-hal yang harus disiapkan kepada teman sejawat
Pelaksanaan
Mulai program
aksi nyata terkait Modul
3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber
daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ).
Kegiatan
Akhir
Mengevaluasi
kegiatan yang telah dilaksanakan apakah sudah mencapai tujuan atau belum
Memperbaiki
kekurangan yang terdapat pada kegiatan yang telah dilaksanakan
2.
Hasil dari aksi nyata yang dilakukan
·
Tampak mengadakan rapat dewan guru dan
kepala sekolah untuk Mensosialisasikan program aksi nyata Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan
Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset
dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1
Basarang ).
·
Tampak tersampaikannya hal-hal yang
harus disiapkan kepada teman sejawat
·
Tampak mulai program aksi nyata terkait program
aksi nyata Modul 3.2
Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber
daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ).
·
Tampak testimoni dari pemangku
kepentingan seperti WAKA Kurikulum, WAKA Kesiswaan, Peserta didik pada umumnya
merespon positif tentang program aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan
Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset
dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1
Basarang ).
·
Kegiatan sudah berjalan dengan baik dan
direspon positif
·
Kegiatan yang dilakukan masih ada
kekurangan maka evaluasi dan program tindak lanjut kedepan telah kami lakukan
melalui kolaborasi dan komunikasi.
3.
Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan
(kegagalan dan keberhasilan)
·
Program
aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin
dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan
Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang
dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ) dapat terpenuhi, output dari
kegiatan diutamakan pada terealisasinya sekolah
untuk menyiapkan murid di masa depan agar menjadi manusia berdaya tidak hanya
untuk pribadi tapi berdampak pada masyarakat melalui upaya memfokuskan pada
kekuatan aset yang kita miliki sehingga terjadi peningkatan kualitas
pembelajaran murid-murid kita di SMAN 1 Basarang.
·
Kegiatan
yang dilakukan masih ada kekurangan maka evaluasi dan program tindak lanjut
kedepan telah kami lakukan melalui kolaborasi dan komunikasi.
4.
Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa
mendatang
·
Dalam
Mengimplementasikan program aksi nyata
terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam
Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas
Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki
komunitas di SMAN 1 Basarang ), penulis sebagai CGP melakukan rencana perbaikan
dimasa mendatang dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut:
·
Program
aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin
dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan
Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang
dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ) yang telah berjalan agar senantiasa
ditingkatkan dan dievaluasi agar hasil yang diperoleh juga meningkat, mengingat
betapa pentingnya program aksi nyata Modul
3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber
daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ).
·
Untuk
program aksi nyata terkait Modul 3.2
Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber
daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ) sebaiknya tidak hanya dilaksanakan oleh
guru tertentu saja.namun hendaknya seluruh stake holder sekolah.
·
Siswa
akan lebih mengenal potensi diri secara nyata jika program aksi nyata Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
(Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan
berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1
Basarang ) benar-
benar terimplementasi secara tulus dan berpihak pada murid.
5.
Dokumentasi Proses Pelaksanaan Aksi Nyata
NO |
DOKUMENTASI |
KETERANGAN |
1 |
|
PENJELASAN
TENTANG RANCANGAN PROGRAM AKSI OLEH CGP aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam
Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas
Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki
komunitas di SMAN 1 Basarang ) |
2 |
|
Sambutan IBU FUYI YANTI PIMAE, M.Pd Kepala SMAN 1 Basarang
terkait program aksi
nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam
Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas
Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki
komunitas di SMAN 1 Basarang ) |
3 |
|
Penjelasan oleh CGP Basarang terkait program aksi nyata
terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam
Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas
Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki
komunitas di SMAN 1 Basarang ) |
4 |
|
Sosialisasi program aksi nyata terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
(Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan
berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1
Basarang ) kepada peserta didik di kelas oleh Bapak Made Pujangga, S.Pd
selaku CGP |
5 |
|
Tampak
mulai program aksi nyata terkait Modul Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
(Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan
berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1
Basarang ) ·
Rapat evaluasi
berbasis transparansi pengelolaan program semester SMAN 1 Basarang |
7 |
|
Tampak
mulai program aksi nyata terkait Modul
3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber
daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ) ·
Kegiatan
pengelolaan perpustakaan sekolah sebagai pusat gerakan literasi sekolah SMAN
1 Basarang |
8 |
|
Tampak
mulai program aksi nyata terkait Modul
3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber
daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ) ·
Kegiatan pengelolaan
lab IPA sebagai pusat PBM sains dan lab komputer sebagai pusat PBM berbasis
IT SMAN 1 Basarang |
9 |
|
Tampak
mulai program aksi nyata terkait Modul
3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber
daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ) ·
Kegiatan pengelolaan kebun sekolah sebagai pusat
prakarya sekolah SMAN 1 Basarang |
10 |
|
Tampak
mulai program aksi nyata terkait Modul
3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber
daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ) ·
Kegiatan
pengelolaan halaman depan sekolah sebagai pusat aktivitas secara umum misalnya olahraga,taman
dll SMAN 1 Basarang |
11 |
|
Tampak
mulai program aksi nyata terkait Modul
3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber
daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ) ·
Kegiatan
pengelolaan alat musik tradisional sebagai pusat pelestarian seni, budaya dan
kearifan lokal KALTENG SMAN 1 Basarang |
12 |
|
Tampak
mulai program aksi nyata terkait Modul
3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber
daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ) ·
Kegiatan
pengelolaan kewirausahaan sebagai pusat pembelajaran karakter wirausahawan
murid SMAN 1 Basarang |
13 |
|
Tampak
mulai program aksi nyata terkait Modul
3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber
daya yang dimiliki komunitas di SMAN 1 Basarang ) ·
Kegiatan
pengembangan sekolah model SPMI sebagai pusat sistem penjaminan mutu internal
terkait implementasi standar nasional pendidikan di SMAN 1 Basarang |
14 |
|
Testimoni dari dewan guru terkait program aksi nyata
terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam
Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas
Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki
komunitas di SMAN 1 Basarang ) |
15 |
|
Testimoni dari peserta didik terkait program aksi nyata
terkait Modul 3.2 Pemimpin dalam
Pengelolaan Sumber Daya (Mewujudkan “ SMABAS sebagai Pengembangan Komunitas
Berbasis Aset dengan berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki
komunitas di SMAN 1 Basarang ) |
Terima kasih atas ilmunya
BalasHapus