17 Februari 2021 akhir modul 2.1 Memenuhi kebutuhan belajar
murid melalui pembelajaran berdiferensiasi
ARTIKEL DARI SMAN 1 BASARANG BERGERAK DARI PROFESI KE
REFLEKSI
17 Februari 2021,Basarang
Made Pujangga_CGP SMAN 1 Basarang
Kapuas Kalimantan Tengah Angkatan 1 Tahun 2020
Fasilitator : Rini Nuraeni, M.Si
Pendamping : Aristanika, S.Psi
GURU ITU MERANCANG RPP, MELAKSANAKAN PBM, MENGASESMAN SIKAP,
PROSES, DAN HASIL SERTA REFLEKSI…..
Refleksi diri adalah sebuah proses melihat kembali
pengalaman yang telah dijalani untuk dapat menarik lessons learned bagi diri sendiri dan dilanjutkan dengan penyusunan
sebuah action plan untuk mengurangi kesenjangan (gap) yang masih ada antara
harapan dan kenyataan.
Saat ini Indonesia mengalami masa pandemik sehingga
pembelajaran di sekolah dilaksanakan dengan PJJ. Istilah pendidikan jarak jauh
(PJJ) yang tercantum dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan jarak jauh adalah
pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik, dan pembelajarannya
menggunakan beragai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi dan
media lainnya.
Sejalan dengan pernyataan seorang filosof pendidikan
yaitu Ki Hadjar dewantara bahwa anak-anak hidup dan tumbuh sesuai qodrat dan
zamannya. Kita sebagai guru harus bisa mendesain lingkungan belajar yang
memungkinkan tumbuhnya murid merdeka dan menuntun belajar mereka sesuai dengan
perkembangan zaman yaitu di era industry 4.0 yang sumber belajarnya mulai
menggunakan teknologi komunikasi dan informasi.Namun kenyataannya pembelajaran
jarak jauh selama ini hanya berupa pemberian tugas lewat whatsaap tanpa adanya
penjelasan dari guru tentang materi terlebih dahulu. Akibatnya siswa tidak bisa
mengerjakan tugas dari guru dan tidak ada antsiaus untuk mengerjakan tugas dari
guru.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya
model pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang bisa menuntun siswa sesuai qodrat dan
zamannya. Suatu model pembelajaran yang memanfaatkan IT (ilmu tekhnology) dan
berpusat pada peserta didik, menyenangkan, dan sesuai dengan kebutuhan peserta
didik di zaman era revolusi industry 4.0 dan di masa pandemik ini.
Agar pembelajaran efektif penulis mencoba menerapkan
model pembelajaran sinkronus dan asinkronus. Model pembelajaran sinkronus
berarti guru dan siswa belajar di waktu yang sama dilakukan secara virtual
melalui zoom meeting. Sedangkan model pembelajaran asinkronus adalah
siswa belajar di waktu yang berbeda dengan gurunya. Misalnya siswa mendapatkan
tugas untuk dikerjakan di rumah membuat video untuk mendeskripsikan teks
ekspanasi yang telah dibaca kemudian mengirimnya di WA kelompok belajar.
Untuk mengakomodir PJJ model pembelajaran sinkronus
dan asinkronus terutama untuk memenuhi kebutuhan belajar murid seharusnya
pembelajaran itu dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi melalui pembelajaran
berdiferensiasi (differentiated instruction). Pendekatan ini menghendaki agar
kebutuhan pendidikan siswa berbakat dilayani di dalam kelas reguler. Program
ini menawarkan serangkaian pilihan belajar pada siswa berbakat dengan tujuan
menggali dan mengarahkan pengajaran pada tingkat kesiapan, minat, dan profil
belajar yang berbeda-beda. Dalam pengajaran berdiferensiasi ini, guru
menggunakan:
(a)
beragam cara agar siswa dapat mengeksplorasi isi kurikulum,
(b)
beragam kegiatan atau proses yang masuk akal sehingga siswa
dapat
mengerti dan memiliki informasi dan ide, serta (c) beragam pilihan di mana
siswa dapat mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari (Tomlinson, 1995).
Pengajaran berdiferensiasi tidak berarti memberikan tugas yang sama pada
seluruh siswa dan melakukan penyesuaian untuk siswa berbakat dengan membedakan
tingkat kesulitan pertanyaan, memberikan tugas yang lebih sulit pada mereka,
atau membiarkan siswa berbakat menyelesaikan program regulernya kemudian bebas
mengerjakan permainan sebagai pengayaan.
Pengajaran ini juga
tidak berarti memberikan lebih banyak tugas, misalnya soal matematika, pada
siswa yang telah menguasai materi pelajaran tersebut. Sebaliknya, pembelajaran
berdiferensiasi ditandai oleh empat karakteristk umum, yaitu:
1. Pembelajaran berfokus
pada konsep dan prinsip pokok. Dalam hal ini, semua siswa mengeksplorasi
konsep-konsep pokok bahan ajar. Dengan cara seperti ini, semua siswa, termasuk
siswa yang agak lambat (struggling learners) bisa memahami dan menggunakan
ide-ide dari konsep yang diajarkan. Pada saat yang sama, siswa berbakat
memperluas pemahaman dan aplikasi konsep pokok tersebut. Pengajaran lebih
menekankan siswa untuk memahami materi pelajaran dan bukannya menghapal
serpihan-serpihan informasi. Pengajaran
berbasis konsep dan
prinsip mendorong guru untuk memberikan beragam pilihan dalam belajar.
2. Evaluasi kesiapan dan
perkembangan belajar siswa diakomodasi ke dalam kurikulum. Hal ini
mengisyaratkan bahwa tidak semua siswa memerlukan satu kegiatan atau bagian
tertentu dari proses pembelajaran secara sama. Guru perlu terus menerus mengevaluasi
kesiapan dan minat siswa dengan memberi kan dukungan bila siswa membutuhkan
interaksi dan bimbingan tambahan, serta memperluas eksplorasi siswa terutama
bagi mereka yang sudah siap untuk
mendapatkan pengalaman
belajar yang lebih menantang.
3. Ada pengelompokan
siswa secara fleksibel. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, siswa berbakat
sering belajar dengan banyak pola, seperti belajar sendiri-sendiri, belajar
berpasangan, maupun belajar dalam kelompok. Kadang-kadang tugas juga perlu
dirancang berdasarkan tingkat kesiapan siswa, minat, gaya sebelajar siswa
maupun kombinasi antara tingkat kesiapan, minat, dan gaya belajar. Cara belajar
linier dan klasik juga digunakan untuk mengajarkan ide
baru.
4. Siswa menjadi
penjelajah aktif (active explorer). Tugas guru adalah membimbing eksplorasi
tersebut. Karena beragam kegiatan dapat terjadi secara simultan di dalam kelas,
guru akan berperan sebagai pem-bimbing dan fasilitator, dan bukannya sebagai
dispenser informasi.
1. Bagaimana mereka
menciptakan lingkungan belajar yang
“mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan
belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap
murid di kelasnya tahu
bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
2. Kurikulum yang
memiliki tujuan pembelajaran yang
didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas
dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
3. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana
guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian
formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih
ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan
belajar yang ditetapkan.
4. Bagaimana guru
menanggapi atau merespon kebutuhan
belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran
untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu
menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan
penugasan serta
penilaian yang berbeda.
5. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana
guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya
fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin
melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
Lebih lanjut Tomlinson
(2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in
Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan
kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. Adapun ketiga aspek
tersebut adalah:
1. Kesiapan belajar (readiness)
murid
Kesiapan belajar
(readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang
mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona
nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang
memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut. Perlu diingat bahwa
kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini
lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang
dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang
akan diajarkan. Adapun tujuan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid
berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat
kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi
kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013).
2. Minat murid
Secara umum kita
mengetahui bahwa seperti juga kita sebagai orang dewasa, murid pun juga
memiliki minatnya sendiri-sendiri. Ada murid yang tertarik bidang seni, ilmu
pasti, ilmu sosial, drama atau yang lainnya. Minat disini merupakan salah satu
motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses
pembelajaran.
Sepanjang tahun, murid
yang berbeda akan menunjukkan minat pada topik yang berbeda. Gagasan untuk
membedakan melalui minat adalah untuk "menghubungkan" murid pada
pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan menjaga minat murid tetap tinggi,
diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid. Beberapa ide yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan dan
mempertahankan minat
diantaranya misalnya:
• Meminta murid untuk
memilih apakah mereka ingin mendemonstrasikan pemahaman dengan karya tulis,
lagu, melakukan pertunjukan.
• Menggunakan teknik
pembelajaran kooperatif, misalnya STAD.
• Menggunakan strategi
investigasi kelompok berdasarkan minat.
• Membuat kegiatan
“sehari di tempat kerja”. Murid diminta mempelajari bagaimana sebuah
keterampilan tertentu diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Mereka boleh memilih
profesi yang sesuai minat mereka.
• Membuat model.
3. Profil belajar
murid
Profil belajar murid
terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya, kesehatan, keadaan
keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan berhubungan dengan gaya
belajar seseorang. Menurut Tomlinson (dalam Hockett, 2018) profil belajar murid
ini merupakan
pendekatan yang
disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan,
budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll. Hal ini bertujuan untuk untuk
memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien.
Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung
memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita
tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang
ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan
mengajar mereka.
Penting juga untuk diingat bahwa kebanyakan orang lebih suka kombinasi
profil.Dari gambaran terkait Pembelajaran Berdiferensiasi tersebut diatas, ada
4 substansi pembelajaran yang harus dituangkan dalam rancangan pembelajaran,
yaitu :
1. Diferensiasi konten
2. Diferansiasi proses
3. Diferensiasi produk
4. Diferensiasi
lingkungan belajar.
Menurut hemat saya,
dalam situasi pembelajaran masih berlangsung secara virtual (online), saya
kesulitan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi proses, karena mengingat
kondisi PJJ yang mana pembelajaran dilakukan secara daring (dalam jaringan)
akan sangat sulit bagi guru mengobservasi proses pembelajaran siswa secara
langsung dan cermat. Apalagi harus
menggunakan proses
berjenjang yag tentunya harus menguras tenaga ekstra bagi guru dalam
mengobservasi prosesnya dan mengevaluasinya. Untuk menerapkan hal yang sulit
tersebut, dukungan yang diperlukan adalah dukungan penuh pihak orang tua atau
wali siswa untuk turut bersamasama mendampingi siswa di dalam proses
pembelajarannya sehingga akan didapat
hasil yang masimal.
Akses dukungan tersebut akan saya dapatkan dari membangun komunikasi yang baik
dengan orang tua siswa Dalam menghadapi sebuah situasi pembelajaran, dimana
kebutuhan belajar siswa saya tidak dapat diakomodasi oleh pembelajaran
berdiferensiasi saya akan memberanikan diri mengambil risiko untuk memodifikasi
pembelajaran saya, terlebih saya mengajar Mata Pelajaran Biologi dan PKWU
walaupun hal ini mungkin tidak umum atau tidak sesuai dengan sistem yang ada.
Hal ini terkait dengan pemenuhan kebutuhan siswa yang mesti kita penuhi,
modifikasi yang akan saya lakukan saya usahakan untuk sekecil kecilnya
berbenturan dengan sistem namun tetap harus berkordinasi dengan atasan kita
sebagai penanggung jawab kegiatan di sekolah. Bahkan sebelum saya mengenal
pembelajaran berdiferensiasi saya sudah pernah mengambil resiko dalam
memodifikasi pembelajaran saya, saya pernah menggunakan model Blended
learning yang merupakan Pembelajaran campuran adalah program pendidikan formal yang
memungkinkan siswa belajar melalui konten dan petunjuk yang disampaikan secara
daring dengan kendali mandiri terhadap waktu, tempat, urutan, maupun kecepatan
belajar.
MARI LAKUKAN YANG TERBAIK TERUTAMA PROSES BELAJAR
MENGAJAR…. BERGERAK DARI PROFESI KE REFLEKSI
SALAM, SAPA,SENYUM, SOPAN, & SANTUN DARI BUMI TAMBUN BUNGAI
SALAM DAN BAHAGIA : DISIPLIN ITU ASYIK, BERBUDAYA ITU
KEREN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar