Selasa, 16 Februari 2021

ARTIKEL DARI SMAN 1 BASARANG BERGERAK DARI PROFESI KE REFLEKSI

 

17 Februari 2021 akhir modul 2.1 Memenuhi kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi 

ARTIKEL DARI SMAN 1 BASARANG BERGERAK DARI PROFESI KE REFLEKSI

17 Februari 2021,Basarang

Made Pujangga_CGP SMAN 1 Basarang Kapuas Kalimantan Tengah Angkatan 1 Tahun 2020

Fasilitator : Rini Nuraeni, M.Si

Pendamping : Aristanika, S.Psi

GURU ITU MERANCANG RPP, MELAKSANAKAN PBM, MENGASESMAN SIKAP, PROSES, DAN HASIL SERTA REFLEKSI…..



Refleksi diri adalah sebuah proses melihat kembali pengalaman yang telah dijalani untuk dapat menarik lessons learned bagi diri sendiri dan dilanjutkan dengan penyusunan sebuah action plan untuk mengurangi kesenjangan (gap) yang masih ada antara harapan dan kenyataan.

Saat ini Indonesia mengalami masa pandemik sehingga pembelajaran di sekolah dilaksanakan dengan PJJ. Istilah pendidikan jarak jauh (PJJ) yang tercantum dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik, dan pembelajarannya menggunakan beragai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi dan media lainnya.

Sejalan dengan pernyataan seorang filosof pendidikan yaitu Ki Hadjar dewantara bahwa anak-anak hidup dan tumbuh sesuai qodrat dan zamannya. Kita sebagai guru harus bisa mendesain lingkungan belajar yang memungkinkan tumbuhnya murid merdeka dan menuntun belajar mereka sesuai dengan perkembangan zaman yaitu di era industry 4.0 yang sumber belajarnya mulai menggunakan teknologi komunikasi dan informasi.Namun kenyataannya pembelajaran jarak jauh selama ini hanya berupa pemberian tugas lewat whatsaap tanpa adanya penjelasan dari guru tentang materi terlebih dahulu. Akibatnya siswa tidak bisa mengerjakan tugas dari guru dan tidak ada antsiaus untuk mengerjakan tugas dari guru.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya model pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang bisa menuntun siswa sesuai qodrat dan zamannya. Suatu model pembelajaran yang memanfaatkan IT (ilmu tekhnology) dan berpusat pada peserta didik, menyenangkan, dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik di zaman era revolusi industry 4.0 dan di masa pandemik ini.

Agar pembelajaran efektif penulis mencoba menerapkan  model pembelajaran sinkronus dan asinkronus. Model pembelajaran sinkronus berarti guru dan siswa belajar di waktu yang sama dilakukan secara virtual melalui zoom meeting.  Sedangkan model pembelajaran asinkronus adalah siswa belajar di waktu yang berbeda dengan gurunya. Misalnya siswa mendapatkan tugas untuk dikerjakan di rumah membuat video untuk mendeskripsikan teks ekspanasi yang telah dibaca kemudian mengirimnya di WA kelompok belajar.

Untuk mengakomodir PJJ model pembelajaran sinkronus dan asinkronus terutama untuk memenuhi kebutuhan belajar murid seharusnya pembelajaran itu dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi melalui pembelajaran berdiferensiasi (differentiated instruction). Pendekatan ini menghendaki agar kebutuhan pendidikan siswa berbakat dilayani di dalam kelas reguler. Program ini menawarkan serangkaian pilihan belajar pada siswa berbakat dengan tujuan menggali dan mengarahkan pengajaran pada tingkat kesiapan, minat, dan profil belajar yang berbeda-beda. Dalam pengajaran berdiferensiasi ini, guru menggunakan:

(a) beragam cara agar siswa dapat mengeksplorasi isi kurikulum,

(b) beragam kegiatan atau proses yang masuk akal sehingga siswa

dapat mengerti dan memiliki informasi dan ide, serta (c) beragam pilihan di mana siswa dapat mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari (Tomlinson, 1995). Pengajaran berdiferensiasi tidak berarti memberikan tugas yang sama pada seluruh siswa dan melakukan penyesuaian untuk siswa berbakat dengan membedakan tingkat kesulitan pertanyaan, memberikan tugas yang lebih sulit pada mereka, atau membiarkan siswa berbakat menyelesaikan program regulernya kemudian bebas mengerjakan permainan sebagai pengayaan.

Pengajaran ini juga tidak berarti memberikan lebih banyak tugas, misalnya soal matematika, pada siswa yang telah menguasai materi pelajaran tersebut. Sebaliknya, pembelajaran berdiferensiasi ditandai oleh empat karakteristk umum, yaitu:

1. Pembelajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok. Dalam hal ini, semua siswa mengeksplorasi konsep-konsep pokok bahan ajar. Dengan cara seperti ini, semua siswa, termasuk siswa yang agak lambat (struggling learners) bisa memahami dan menggunakan ide-ide dari konsep yang diajarkan. Pada saat yang sama, siswa berbakat memperluas pemahaman dan aplikasi konsep pokok tersebut. Pengajaran lebih menekankan siswa untuk memahami materi pelajaran dan bukannya menghapal serpihan-serpihan informasi. Pengajaran

berbasis konsep dan prinsip mendorong guru untuk memberikan beragam pilihan dalam belajar.

2. Evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar siswa diakomodasi ke dalam kurikulum. Hal ini mengisyaratkan bahwa tidak semua siswa memerlukan satu kegiatan atau bagian tertentu dari proses pembelajaran secara sama. Guru perlu terus menerus mengevaluasi kesiapan dan minat siswa dengan memberi kan dukungan bila siswa membutuhkan interaksi dan bimbingan tambahan, serta memperluas eksplorasi siswa terutama bagi mereka yang sudah siap untuk

mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menantang.

3. Ada pengelompokan siswa secara fleksibel. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, siswa berbakat sering belajar dengan banyak pola, seperti belajar sendiri-sendiri, belajar berpasangan, maupun belajar dalam kelompok. Kadang-kadang tugas juga perlu dirancang berdasarkan tingkat kesiapan siswa, minat, gaya sebelajar siswa maupun kombinasi antara tingkat kesiapan, minat, dan gaya belajar. Cara belajar linier dan klasik juga digunakan untuk mengajarkan ide

baru.

4. Siswa menjadi penjelajah aktif (active explorer). Tugas guru adalah membimbing eksplorasi tersebut. Karena beragam kegiatan dapat terjadi secara simultan di dalam kelas, guru akan berperan sebagai pem-bimbing dan fasilitator, dan bukannya sebagai dispenser informasi.Berkaca dari karakteristik Pembelajaran Berdiferensiasi tersebut terlihat gambaran bahwa Pembelajaran Berdiferensiasi mencerminkan suatu proses pembelajaran yang mencerminkan :

1. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap

murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.

2. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.

3. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.

4. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan

penugasan serta penilaian yang berbeda.

5. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.

Lebih lanjut Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. Adapun ketiga aspek tersebut adalah:

1. Kesiapan belajar (readiness) murid

Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut. Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan. Adapun tujuan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013).

2. Minat murid

Secara umum kita mengetahui bahwa seperti juga kita sebagai orang dewasa, murid pun juga memiliki minatnya sendiri-sendiri. Ada murid yang tertarik bidang seni, ilmu pasti, ilmu sosial, drama atau yang lainnya. Minat disini merupakan salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran.

Sepanjang tahun, murid yang berbeda akan menunjukkan minat pada topik yang berbeda. Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk "menghubungkan" murid pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid. Beberapa ide yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dan

mempertahankan minat diantaranya misalnya:

• Meminta murid untuk memilih apakah mereka ingin mendemonstrasikan pemahaman dengan karya tulis, lagu, melakukan pertunjukan.

• Menggunakan teknik pembelajaran kooperatif, misalnya STAD.

• Menggunakan strategi investigasi kelompok berdasarkan minat.

• Membuat kegiatan “sehari di tempat kerja”. Murid diminta mempelajari bagaimana sebuah keterampilan tertentu diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Mereka boleh memilih profesi yang sesuai minat mereka.

• Membuat model.

3. Profil belajar murid

Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan berhubungan dengan gaya belajar seseorang. Menurut Tomlinson (dalam Hockett, 2018) profil belajar murid ini merupakan

pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll. Hal ini bertujuan untuk untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan

mengajar mereka. Penting juga untuk diingat bahwa kebanyakan orang lebih suka kombinasi profil.Dari gambaran terkait Pembelajaran Berdiferensiasi tersebut diatas, ada 4 substansi pembelajaran yang harus dituangkan dalam rancangan pembelajaran, yaitu :

1. Diferensiasi konten

2. Diferansiasi proses

3. Diferensiasi produk

4. Diferensiasi lingkungan belajar.

Menurut hemat saya, dalam situasi pembelajaran masih berlangsung secara virtual (online), saya kesulitan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi proses, karena mengingat kondisi PJJ yang mana pembelajaran dilakukan secara daring (dalam jaringan) akan sangat sulit bagi guru mengobservasi proses pembelajaran siswa secara langsung dan cermat. Apalagi harus

menggunakan proses berjenjang yag tentunya harus menguras tenaga ekstra bagi guru dalam mengobservasi prosesnya dan mengevaluasinya. Untuk menerapkan hal yang sulit tersebut, dukungan yang diperlukan adalah dukungan penuh pihak orang tua atau wali siswa untuk turut bersamasama mendampingi siswa di dalam proses pembelajarannya sehingga akan didapat

hasil yang masimal. Akses dukungan tersebut akan saya dapatkan dari membangun komunikasi yang baik dengan orang tua siswa Dalam menghadapi sebuah situasi pembelajaran, dimana kebutuhan belajar siswa saya tidak dapat diakomodasi oleh pembelajaran berdiferensiasi saya akan memberanikan diri mengambil risiko untuk memodifikasi pembelajaran saya, terlebih saya mengajar Mata Pelajaran Biologi dan PKWU walaupun hal ini mungkin tidak umum atau tidak sesuai dengan sistem yang ada. Hal ini terkait dengan pemenuhan kebutuhan siswa yang mesti kita penuhi, modifikasi yang akan saya lakukan saya usahakan untuk sekecil kecilnya berbenturan dengan sistem namun tetap harus berkordinasi dengan atasan kita sebagai penanggung jawab kegiatan di sekolah. Bahkan sebelum saya mengenal pembelajaran berdiferensiasi saya sudah pernah mengambil resiko dalam memodifikasi pembelajaran saya, saya pernah menggunakan model Blended learning yang merupakan Pembelajaran campuran adalah program pendidikan formal yang memungkinkan siswa belajar melalui konten dan petunjuk yang disampaikan secara daring dengan kendali mandiri terhadap waktu, tempat, urutan, maupun kecepatan belajar.

MARI  LAKUKAN YANG TERBAIK TERUTAMA PROSES BELAJAR MENGAJAR…. BERGERAK DARI PROFESI KE REFLEKSI

SALAM, SAPA,SENYUM, SOPAN, & SANTUN DARI BUMI TAMBUN BUNGAI

SALAM DAN BAHAGIA : DISIPLIN ITU ASYIK, BERBUDAYA ITU KEREN